Kamis, 06 Januari 2022

Seni Mengikhlaskan Diri

Standard

Assalamualaikum,

Hey, apa kabar? Semoga sehat selalu yaaa~

By the way, Happy New Year! Selamat tahun baru semuanya! Semoga semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya. Aamiin!

Umumnya, tahun baru dimaknai dengan harapan baru dan juga semangat baru. Sama seperti yang dilakukan orang kebanyakan juga ketika memasuki tahun baru, yaitu menyusun resolusi alias menyusun rencana-rencana yang harapannya dapat tercapai di tahun baru dan tahun-tahun berikutnya berdasarkan hasil refleksi diri dari tahun sebelumnya. Akupun begitu dan sudah kulakukan itu. Semuanya, penuh harapan/keinginan yang lebih baik di masa mendatang. 

Beberapa hari setelah aku memikirkan dan membuat resolusi itu, ada banyak hal yang menggiring pikiranku kepada hal sangat penting dari menyusun sebuah resolusi, yaitu membangun seni mengikhlaskan. Ibarat kamu siap untuk terbang, tapi kamu juga siap ketika harus terjun. Atau bahkan kamu tidak akan merasakan apapun ketika kamu ternyata sedang terjun jauh. 

Banyak orang mengatakan, ikhlas itu tidak semudah saat kita mengatakannya kepada diri sendiri atau orang lain. Bagiku, itu benar karena ada proses panjang untuk menuju keikhlasan. Dalam perspektif islam, ikhlas itu melakukan sesuatu/amalan hanya karena Allah semata tanpa campur tangan harapan apapun, dan murni hanya karena bentuk penghambaan padaNya. Menurut seorang ulama, Syekh Imam Nawawi, ikhlas itu ada tiga tingkatannya.

Tingkat pertama, yang paling tinggi adalah melakukan ibadah tanpa mengharapkan apapun, tidak mengaharapkan pahala, atau surga sekalipun. Bahkan tidak peduli pula apakah surga atau neraka yang akan didapat. Ikhlas pada tingkat ini hanya fokus kepada bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

Tingkat kedua, melakukan ibadah dengan mengharap pahala yang besar. Pada tingkatan ini, ada keinginan bahwa dengan melakukan ibadah kepada Allah dapat memperoleh surga, terhindar dari siksa api neraka, dan selamat di akhirat kelak.

Tingkat ketiga, melakukan ibadah tidak hanya mengharap adanya balasan akhirat, tetapi juga mengharapkan adanya balasan kebaikan di dunia. Tingkat keikhlasan ini merupakan yang terendah, yaitu masih memiliki keinginan mendapat balasan kebaikan di dunia, seperti kelancaran rezeki, dipermudah segala urusan, dan lainnya.

Di mana ada harapan, di sanalah selalu ada peluang untuk kekecewaan. Makanya, pesan bijak menyikapi ini adalah taruh harapanmu pada Tuhan, bukan kepada manusia. Maka, peluang kekecewaan akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan menggantungkan harapan kepada manusia. Pun, jika menaruh harapan pada Tuhan, tetap saja ada peluang kekecewaan, karena ada harapan di sana. Itu sebabnya ada seseorang yang marah, kecewa atau bahkan menyalahkan Tuhan. Memang yang paling benar adalah berada pada ikhlas tingkat paling tinggi, tanpa harapan, tanpa kekecewaan, fokus pada pemenuhan tanggung jawab sebagai hambaNya.

Ketika aku berkaca pada diri sendiri, sebenarnya kita pasti pernah berada pada tingkat ikhlas tertinggi namun kita perlu melewati tingkat ikhlas dari yang paling rendah dulu. Coba saja kamu pikirkan momen ketika kamu mengalami kekecewaan hingga kamu rela dan menerima kekecewaan itu. Ketika kamu melepas kekecewaan, pasti kamu telah melepaskan harapanmu, artinya kamu sudah tidak memiliki atau menggantungkan harapan itu, yang penting sudah melakukan/melaluinya dengan versi terbaik yang bisa dilakukan. Benar begitu bukan? Tentunya, fluktuasi kekecewaan ini tidak berlaku bagi orang-orang yang sudah konsisten dengan tingkat ikhlas paling tinggi.

Apa kaitannya ketiga tingkatan ini dengan seni mengikhlaskan? Oh, tentu saja ada. Menurutku, sah-sah saja kita memilih tingkat keikhlasan yang mana. Semua tergantung bagaimana kita telah menghadapi berbagai macam persoalan dalam hidup. Aku menyebutnya seni, karena sebagai manusia biasa terkadang memiliki emosi yang naik turun. Pada satu persoalan, kita berada pada tingkat ikhlas yang terendah, dan pada persoalan yang lain, kita bisa saja pada ikhlas dengan tingkat tinggi. Ragam permasalahan hidup yang telah dilalui bahkan dapat mengarahkan kita langsung kepada tingkat ikhlas paling tinggi. Setidak-tidaknya, ada perasaan ikhlas pada setiap tindakan yang kita lakukan.

Setiap menyambut tahun baru, kebanyakan orang menyiapkan resolusinya, entah meneruskan resolusi yang lalu atau membuat resolusi yang baru. Namun, kadang kita lupa untuk membangun seni mengikhlaskan ini sebab terlalu antusias menyambut segala harapan yang direncanakan. Jadi, jika kamu kecewa, coba cek, pasti ada harapan tergantung di hatimu. Semangat membangun seni mengikhlaskan diri!☺



Referensi :

https://islam.nu.or.id/tasawuf-dan-akhlak/tiga-tingkatan-ikhlas-menurut-syekh-nawawi-banten-d1J24

Rabu, 17 November 2021

Memaknai Doa dalam Kehidupan

Standard


 

Hai, apa kabar? Semoga sehat selalu ya..

Setelah kealpaanku dalam menulis selama tiga bulan ini, percayalah bahwa sebenarnya banyak hal yang ingin aku tulis, termasuk yang satu ini. Tulisan ini merupakan perspektifku tentang suatu hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Sesuai judulnya, yaitu tentang doa. Entah tulisan ini mungkin akan mengajakmu atau mempengaruhimu untuk memahami perspektif yang aku punya atau bahkan hanya sekadar menjadi bacaan semata lalu kamu lupakan. Kamu bisa setuju ataupun tidak setuju, atau bahkan memberi perspektif lain tentang pemahamanku ini dalam memaknai peran doa dalam kehidupan.

Sebelum membaca tulisan ini dan mengetahui pemahamanku tentang doa, maka coba pikirkan dulu sejenak, bagaimana kamu memaknai doa dalam kehidupanmu?

Kalau ditinjau secara bahasa, kata doa berasal dari bahasa Arab, دَعَا - يَدْعُو , yang berarti memanggil, menyeru, mengundang, berdoa. Menurut Quraish Shihab, doa merupakan suatu permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya agar mendapatkan anugrah pemeliharaan dan pertolonganNya, baik untuk pemohon atau dan juga pihak lain dari lubuk hati yang terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepada Allah SWT. Doa juga merupakan salah satu cara bekomunikasi denganNya. Dari berbagai sumber, terdapat beberapa makna doa dalam Al-Qur'an, yaitu doa sebagai ibadah (Q.S Yunus ayat 106), doa sebagai permintaan pertolongan/istighotsah (Q.S Al-Baqarah ayat 23; Q.S Al-Mu'minun ayat 60), doa juga berarti panggilan (Q.S Al-Isra' ayat 110), dan doa bermakna perkataan/perintah (Q.S Yunus ayat 10). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no 2969, Rasulullah SAW bersabda bahwa doa itu merupakan inti ibadah.

Semua pengertian tentang doa baik itu dari segi bahasa, istilah, menurut ulama, serta Al-Qur'an dan Hadits memang benar begitu adanya. Akupun sepakat bahwa doa merupakan bentuk ibadah dan cara komunikasi seorang hamba kepada Tuhannya baik untuk memohon sesuatu ataupun untuk mengadukan segala hal kepadaNya. Aku juga sepakat kepada yang mengatakan bahwa doa merupakan bentuk keyakinan kepada Allah SWT. Apakah ini juga sesuai dengan pemahamanmu tentang doa?

Satu hal yang aku sadari tentang doa dalam kehidupanku adalah kenyataan bahwa yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan perwujudan doa dari orang lain, mungkin datangnya dari orang tua, guru, kerabat dekat, atau bahkan orang yang tidak kita kenal. Momen ketika aku mendapatkan poin perspektif ini adalah ketika aku sedang melakukan percakapan bersama nenekku. Beliau menanyakan bagaimana teman-temanku, apakah mereka baik, apakah mereka sholat, dan mengatakan bahwa beliau selalu mendoakanku agar selalu dikelilingi oleh orang yang jujur dan baik. Setelah percakapan itu berakhir, kemudian aku merasa bahwa salah satu sebab aku selalu ditempatkan, dipertemukan, dan dikelilingi oleh orang-orang baik adalah karena doa nenekku dan hal lain yang aku yakini juga dengan pasti, hal tersebut juga merupakan perwujudan doa orang tua, guru, kerabat, dan orang lain yang bahkan tidak aku kenal. Persitiwa sederhana itu memberiku pemahaman yang lebih luas, bahwa kesuksesan dan pencapaian yang aku raih juga merupakan perwujudan doa-doa orang lain.

Tidak hanya memetik hikmah dari kisahku sendiri, beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah postingan tentang rahasia kesuksesan pemilik usaha Warunk Upnormal. Usaha Warunk Upnormal ini telah memiliki 78 cabang dalam 5 tahun. Pemilik usaha tersebut mengatakan bahwa pada hari pertama penjualan usahanya, ia mengadakan pengumuman "Gratis 1000 porsi nasi goreng, cukup dibayar dengan doa". Jadi, pengusaha tersebut menyiapkan 1000 porsi untuk sedekah dan setiap orang yang makan, diberi kertas dan diminta untuk membaca doa, "Ya Allah semoga nasi goreng ini berkah, laris, dan bermanfaat". Kita memang tidak pernah tahu doa siapa yang cepat dikabulkan dan kita juga tidak pernah tahu jika ternyata ada orang yang diam-diam mendoakan.

Kisah lainnya yang juga aku ketahui dan terkait dengan perwujudan doa orang lain adalah kisah syeikh Abdurrahman as-Sudais, seorang imam besar masjidil haram. Ketika syekh Sudais masih kecil, beliau sedang bermain tanah. Ketika itu, sang ibunda sedang menyiapkan makanan untuk jamuan para tamu di rumahnya. Namun, saat acara makan bersama hendak dilakukan, tiba-tiba syekh kecil yang telah menggenggam debu, masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu ke atas makanan yang tersaji tadi. Saat sang ibunda mengetahui hal tersebut, beliau marah dan mengatakan, "Idzhab. Ja'alaka imaaman lilharamain (Pergi kamu. Biar kamu jadi imam di haramain)". Ucapan yang keluar dengan sungguh-sungguh juga merupakan doa bukan? Doapun tidak hanya dilakukan ketika habis melakukan sholat, juga tidak harus menunjukkan tangan yang telah ditengadahkan, atau bahkan ucapan yang terbersit dalam hatipun sudah merupakan suatu doa.

"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat di mana Allah mengabulkan doa kalian." - HR Abu Dawud.

Cara kita memaknai doa juga berkaitan tentang keangkuhan. Pemahaman bahwa sesuatu hal yang kita raih merupakan perwujudan dari doa orang lain, membuatku tersadar tentang keangkuhan jika kita mengklaim bahwa pencapaian saat ini adalah hasil jerih payah diri sendiri. Ya, mungkin saja memang benar itu terjadi karena kita telah berusaha dengan kesungguhan hingga "berdarah-darah". Tapi, apakah kamu tahu dan yakin bahwa pencapaian itu murni karena jerih upaya diri sendiri dan merasa bangga karenanya? Selain itu, ketika kita berdoa, artinya kita memposisikan diri sebagai seorang hamba yang membutuhkan pertolonganNya. Oleh karenanya, ada ulama yang mengatakan bahwa orang yang enggan berdoa sama dengan sombong.

Sebuah artikel memberikan pandangan lain tentang makna doa dari perspektif kajian ilmu tasawuf. Artikel tersebut menyebutkan bahwa terdapat tiga makna doa berdasarkan jenis manusia menurut Syekh Ali Baras dalam kitabnya Syifa'us Saqam wa Fathu Khaza'inil Kalim fi Ma'nal Hikam.

Pertama, menurut orang awam (pada umumnya), doa dipandang sebagai alat pengabulan permohonan. Doa merupakan bentuk terwujudnya permintaan sebagai puncak dan tujuan akhir dari sebuah doa.

Kedua, menurut orang khawash (orang tertentu), doa dipandang sebagai perwujudan kehambaan. Doa diartikan sebagai ibadah dan orang khawash senantiasa bermunajat kepada Allah melalui pemaknaan mereka atas doa.

Ketiga, menurut orang khawashul khawash (hamba Allah paling istimewa), doa dipandang sebagai sambutan dan keramahan Allah SWT terhadap mereka, momen di mana Allah menjawab "Labbayka ya 'abdi (Aku datang memenuhi panggilanmu, hambaKu)" atas seruan "Ya Rabbi (Ya Tuhanku)".

Begitu banyak cara bagi kita untuk memaknai doa dalam kehidupan dan kita mempunyai banyak pilihan. Bagiku, doa ibarat bentuk kasih yang tak terputus, bahkan di mulai sejak dalam kandungan hingga kemudian dikebumikan. Kini, bagiku kalimat "selemah-lemahnya upaya adalah doa", bukan lagi mengandung arti "lemah" yang sesungguhnya, bahkan lebih dari itu. Juga kenyataan bahwa pasti ada orang lain yang mendoakan tanpa kita ketahui dan sebaiknya berlaku sebaliknya untuk turut mendoakan orang lain. Setidaknya, dalam satu hari ada doa yang dirapalkan, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain karena kini, doa telah menjadi sekuat-kuatnya senjata. 

Terima kasih, siapapun kamu yang telah mendoakan. Semoga doa yang sama berbalik padamu berkali-kali lipatnya. Jadi, apa makna doa dalam kehidupanmu? 😊


Sumber :

https://islam.nu.or.id/tasawuf-dan-akhlak/3-makna-doa-dalam-kajian-tasawuf-sGTTg

Rabu, 25 Agustus 2021

Asalkan Engkau Tidak Marah

Standard


Ya Tuhanku,

Sejak mata ini melihat dunia,

Bahkan sejak sebelum itu,

Sejatinya Aku diperuntukkan mengabdi padaMu

Aku ada untuk ikuti semua mauMu

Aku ada untuk mentadabburi skenarioMu


Ya Tuhanku,

Aku belajar menjadi faqir

Menyadari bahwa tidak satupun yang aku miliki

Khilafku karena telah merasa memiliki

Juga merasa telah menjadi yang paling baik

Bahkan merasa baik-baik saja di atas segala keangkuhan itu


Ya Tuhanku,

Aku rindu menjadi faqir

Saat dimana tangan ditengadahkan

Air mata yang jatuh tanpa diminta

Juga ketika sangat menantikan pertemuan pada sepertiga malam

Untuk mengatakan dalam lirihnya hati,

"Sungguh Aku berserah padaMu"

Aku ingin selalu merasa faqir

Kefaqiran yang memang hanya kepadaMu


Ya Tuhanku,

Asalkan Engkau tidak marah

Aku terima apapun yang Kau berikan

Aku hadapi semua kepahitan yang semu itu

Coba ku urai semua logika yang meragukanku

Maka janganlah Engkau marahi Aku


Ya Rabbi, 

Sesungguhnya Aku sangat mengharapkan kebaikan yang Engkau turunkan padaku

Belas kasihMu untuk memaafkanku

KelembutanMu untuk menerima khilafku

Juga kuasaMu atas ketetapan hati untuk selalu yakin padaMu

Apapun itu, Aku terima, asalkan Engkau tidak marah

Jumat, 06 Agustus 2021

Arti Tatapanmu

Standard

 


Sore itu, ada sepasang binar mata yang tak pernah kulupa

Juga diiringi senyum yang begitu lebar

Mengacungkan jempol padaku

Karena baru saja berhasil menyusui seorang bayi

Menyusui permata hati pertamanya

Setelah hampir 2 jam berupaya, akhirnya bisa mencapai titik kulminasi itu

Meski belum juga 24 jam sejak luka operasi itu selesai dijahit

Rupanya binar mata yang begitu bahagia itu obat terkuatmu

Sampai-sampai energimu merasuk ke relung hatiku

Rupanya, seperti itulah arti tatapan seorang ibu dan bayi yang baru saja lahir ke dunia

Terima kasih Tuhan, Kau beri aku pemandangan yang langka ini

Ternyata bahagia itu memang sederhana ya

Sesederhana menyaksikan arti tatapanmu kepadanya, juga padaku

Ikigai + Niat = Formula Terbaik

Standard

Assalamualaikum, teman-teman!

Apa kabar? Semoga sehat selalu~

Beberapa hari yang lalu, ketika membaca sebuah artikel, aku menemukan konsep menarik di bacaan tersebut, yaitu tentang Ikigai, yang katanya ini merupakan prinsip hidup bahagia bagi orang Jepang. Ikigai ini artinya tujuan hidup atau the purpose of life atau bahasa sederhananya lagi, alasan kenapa kita harus semangat terus untuk hidup. Pernah nggak bertanya-tanya, "apa sih tujuan kita hidup?". Nah, Ikigai ini menawarkan cara yang membantu mengarahkan untuk mendapat jawaban tentang tujuan hidup dan menghasilkan kebahagiaan. Gimana konsepnya? Gambarannya kayak gini nih.


Masih ingat pelajaran diagram Venn di mata pelajaran matematika? Jadi, Ikigai ini adalah irisan dari keempat aspek dalam hidup, yaitu misi, passion, profesi, dan pekerjaan. Kalau dijabarkan lagi supaya lebih konkrit, Ikigai ini merupakan irisan dari apa yang kamu kuasai, apa yang kamu sukai, apa yang dunia butuhkan, dan apa yang membuatmu dibayar. Nah, kalau mau diimplementasikan lagi ke dalam kehidupan kita, bisa di buat daftar/list di tiap masing-masing 4 aspek, lalu bisa kita buat mana yang termasuk kedalam irisan ke-empat aspek ini. Nggak mudah tentunya kalau kita tidak mampu mengenal diri sendiri. Pada akhirnya, proses ini akan bermuara pada upaya untuk memahami diri sendiri.

Oke, anggap lah kita sudah temukan irisan dari keempatnya. Menurutku, konsep ini masih ada yang kurang, satu aspek terpenting dalam hidup, yaitu niat. Dalam perspektif Islam, niat ini adalah yang menentukan setiap amal perbuatan. Karena hidup kita tidak berhenti di dunia saja, maka konsep Ikigai ini tidak sempurna karena hanya menawarkan konsep bahagia di dunia saja, tidak sampai akhirat. Jika disertai niat lillahi ta'ala, maka insyaAllah konsep Ikigai ini bisa menjadi sempurna, yang bisa menjadi tabungan di akhirat, kebahagiaan yang kekal. Dengan menerapkan konsep ini, maka kita sama dengan mengamalkan hadits Nabi yang juga banyak menjadi prinsip banyak orang Islam, yaitu Khairunnas anfauhum Linnas (خير الناس أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ), sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

Menurutmu, gimana? Semoga teman-teman bisa temukan Ikigai dan juga niatnya lillahi ta'ala ya!

Jumat, 25 Juni 2021

Yuk, Bertumbuh & Berkembang bersama Seed for Children

Standard



Assalamualaikum wr wb

Halo, teman-teman! Semoga sehat selalu..

Semoga kasus covid-19 di negara kita tercinta segera membaik, juga di seluruh belahan bumi. Di masa pandemi ini, sejak April 2021 aku menginisiasi Seed for Children, sebuah bisnis sosial, juga sekaligus movement yang bergerak pada isu pencegahan kekerasan seksual pada anak melalui pendidikan seksualitas yang ditujukan kepada orang tua, juga orang-orang terdekat anak-anak. 

Apa yang membuatku memulai Seed for Children? Ide ini berasal dari pengalamanku pribadi ketika sedang bekerja. Kala itu, aku bertempat tugas di IGD. Seorang anak laki-laki bersama ibunya datang untuk meminta pemeriksaan fisik atas keperluan pembuatan visum (semacam bukti yang sah secara hukum mengenai kasus kekerasan, dll). Mengapa ada kasus semacam ini di rumah sakit tempatku bekerja? Karena memang ada dokter spesialis forensik dan  pelayanan khusus kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Setelah dikaji, anak laki-laki yang masih berusia sekolah dasar ini mengalami kekerasan seksual di taman oleh petugas publik. Akupun tidak mengetahui kronologis persisnya seperti apa, tapi hal yang sangat kuingat adalah raut wajah anak itu, yang diam saja, entah karena pasrah, takut, sedih, akupun tidak tahu pasti. Ingin rasanya berbicara tetapi waktunya sangat tidak tepat serta tempat yang juga tidak memungkinkan. Dari lubuk hati yang paling dalam, berdesir rasa ingin membantunya, tapi tidak tahu bagaimana caranya. 

Selama bekerja menjadi perawat di ruang anak selama setahun, aku merasa bahwa anak-anak berhak memperoleh masa depan terbaiknya, tanpa dihantui rasa tidak nyaman akibat pengalaman kekerasan seksual. Juga pengalaman bekerja sebagai perawat perinatologi, merawat bayi-bayi yang baru lahir, menghadirkan perspektif baru terhadap anak-anak. Ketika menatap lekat wajah bayi-bayi yang baru saja lahir, mereka bagaikan kertas putih yang siap diwarnai oleh orang-orang terdekatnya. Mereka akan bertumbuh dan berkembang sebagaimana perlakuan orang dewasa memperlakukan mereka. Kekerasan seksual ini memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap anak-anak, baik fisik juga psikologis. Jika menelusuri kasus-kasus kekerasan seksual pada anak di internet, kasusnya setiap tahun terus meningkat. Bahkan, di masa pandemi ini pun kasusnya menjadi dua kali lipat. Setelah sedikit mendalami tentang kekerasan seksual pada anak, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas kepada anak-anak. Pada kenyataanya, banyak orang tua yang menganggap bahwa pendidikan seksualitas untuk anak-anak adalah hal sensitif yang belum perlu diberi tahukan sejak kecil. Padahal, sebenarnya kita bisa memberikan edukasi ini sesuai usianya dan sudah banyak sekali informasi tentang hal ini yang bisa kita dapatkan. Entah penyebabnya karena pandangan yang masih tabu, ketidaktahuan tentang informasi pendidikan seksualitas yang sesuai usia anak, keterbatasan informasi, ataukah merasa kesulitan menyampaikannya kepada anak. 

Aku yang memiliki latar belakang pendidikan keperawatan, mempelajari tentang tumbuh-kembang anak, kesehatan reproduksi, kasus kehamilan pada remaja, juga selintas tentang dampak kekerasan pada anak (termasuk kekerasan seksual). Dari secuil pengetahuan tersebut, dan pengalaman yang aku saksikan, membuatku sangat ingin sekali berkontribusi pada pencegahan kekerasan seksual anak, hingga akhirnya aku benar-benar mewujudkannya dalam Seed for Children. Visinya adalah untuk membantu mengurangi kasus kekerasan seksual pada anak melalui pendidikan seksualitas. Utamanya, Seed for Children mengembangkan permainan edukatif pendidikan seksualitas sesuai usia anak, baik non-digital dan digital. Aku ingin semakin banyak orang yang menyadari bahwa kekerasan seksual pada anak bisa terjadi dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun, dan peran kita sebagai orang yang lebih dewasa ini sangatlah penting untuk melindungi mereka.

Aku ingin mengajak teman-teman untuk bertumbuh dan berkembang bersama Seed for Children, karena untuk mencapai visinya, diperlukan peran banyak pihak. Bagaimana caranya? Paling sederhananya adalah dengan follow instagram @seedforchildren karena ada banyak konten edukasi terkait kekerasan seksual anak dan pendidikan seksualitas pada anak. Bagi teman-teman yang tertarik dengan isu ini, memiliki visi yang sama, dan ingin berkontribusi lebih bersamaku dan Seed for Children, boleh hubungi aku via e-mail maufiroh12@gmail.com. Simply, ceritakan kenapa kamu tertarik dan apa yang bisa kamu kontribusikan dalam isu ini melalui Seed for Children.

Looking forward for your e-mail!



With love,


Maufiroh

Founder Seed for Children

Sabtu, 22 Mei 2021

Memahami Diri Sendiri melalui Toastmasters International

Standard


Assalamualaikum wr wb

Halo, readers! After very loooong time ago, akhirnya nulis blog lagi! Apa kabar? Semoga sehat selalu!

Minal aidin wal faidzin! Mohon maaf lahir dan batin, ya.

Aku mau berbagi tentang salah satu caraku untuk mengenal diri sendiri, yaitu dengan bergabung Toastmasters International. Sebenarnya, cara ini tidak sengaja aku sadari setelah satu tahun menjadi member Toastmasters. Kenapa juga kalimatnya "mengenal diri sendiri"? Emang belum kenal sama diri sendiri? Aku tahu namaku, keluargaku, tetapi kadang kita jarang untuk secara sadar melihat atau menggali sesuatu yang tersimpan di dalam diri kita yang paling terdalam melalui refleksi diri terhadap pengalaman-pengalaman hidup yang sudah dialami. Karena ada pepatah bilang, jangan pernah lihat ke belakang, tapi lihatlah ke depan. Aku agak kurang setuju sih, karena justru dengan mempelajari sejarah dalam hidup, kita bisa memperbaikinya dan mencari peluang untuk menjadi lebih baik. Bahkan, menurut cerita Connecting the Dots nya Steve Jobs, justru ketika kita dapat mengambil hikmah dan menarik kesimpulan dari pengalaman masa lalu, kita dapat menemukan tujuan hidup dan masa depan yang baru. Yang kurang tepat adalah berlarut-larut dan tenggelam ke dalam masa lalu tetapi tidak mengambil pelajaran darinya, alias nggak move on dari masa lalu. That is totally wrong.

Balik lagi ke Toastmasters International. Toastmasters adalah sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada keterampilan public speaking, komunikasi, dan kepemimpinan. Organisasi ini sudah mendunia dan berpusat di Amerika Serikat. Toastmasters memiliki ribuan cabang/club yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Untuk pertama kalinya aku tahu Toastmasters adalah sewaktu kuliah tingkat 3, karena ada teman yang sudah bergabung dan karena memang salah satu cabangnya ada di kampusku. Lalu aku di ajak untuk datang ke meeting club Toastmasters di kampusku, sebagai guest atau tamu. Sebagai tamu untuk pertama kali, aku punya kesempatan untuk pidato tanpa persiapan selama 1-2 menit untuk menjawab pertanyaan secara spontan. Sangat menantang bagi para introvert yang jarang ngomong di depan banyak orang sepertiku, sih. Takut, nggak percaya diri, grogi, asli! Tapi menyenangkan setelah tahu kalau kamu bisa melakukannya. 

Di Toastmasters, kamu bisa jadi guest atau member. Guest, artinya kamu boleh ikut meeting regulernya secara gratis dan berpartisipasi pada pidato singkat secara spontan alias impromptu speech. Nah, kalau jadi member, keuntungannya adalah kamu akan memiliki kurikulum pendidikan terstruktur untuk mengoptimalkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan public speaking. Sayangnya, untuk menjadi member memang harus mengeluarkan kocek alias bayar. Untuk member baru, kamu harus bayar 65 dollar ($45 untuk biaya 6 bulan membership dan $20 untuk pendaftaran baru) atau senilai 975.000 (asumsi kurs 1 dollar = 15.000). Nah, membership ini perlu diperbaharui setiap 6 bulan dengan bayar $45 kalau terus mau jadi member dan meneruskan program pendidikan di Toastmasters. Mahal? Hemmm relatif ya. Tapi keuntungan yang di dapat juga sangat banyak kalau kamu serius menekuni dan aktif di organisasi ini. Aku sudah bergabung sejak tahun 2019. Alasan utamanya karena mencari tempat di mana aku bisa improve kemampuan berbicara bahasa inggrisku. Karena project pidato/speech di Toastmaster memang berbahasa Inggris. Kurikulum pendidikannya juga memiliki banyak pilihan sesuai apa yang mau kita pelajari, apakah kamu mau lebih fokus mendalami komunikasi, kepemimpinan, atau public speaking. Teman-teman bisa cek jenis-jenisnya di sini.

Setelah hampir dua tahun bergabung di club Toastmasters, khususnya di Huntsman Indonesia Toastmasters Club, aku menyadari bahwa dengan mengerjakan project-project pidato dalam kurikulum pendidikan Toastmasters, secara tidak sadar justru membuat diriku untuk mengenali diri sendiri. Kenapa? Mari kita kupas project-project yang sudah kukerjakan selama hampir dua tahun ini untuk memahaminya.

Level 1

Project 1. Ice Breaker

Project ini mengharuskan kita menyampaikan pidato berdurasi 5-7 menit tentang perkenalan diri kita kepada member lain di club. Untuk menyampaikan pidato ini, kita perlu menyusun narasi/script karena tugas ini merupakan pidato yang terencana. Selama proses menyusun narasi, otomatis kita memikirkan topik apa yang bisa kita sampaikan kepada orang lain. Secara tidak sadar, tugas ini membuat kita berpikir kembali tentang siapa diri kita dan memilih bagian dari diri kita yang dapat kita sampaikan kepada orang lain. Pada kesempatan ini, aku menyampaikan tentang values hidupku dan kukaitkan pengalamanku selama di pondok pesantren kemarin.

Project 2. Evaluation and Feedback

Pada project ini, aku harus menyampaikan 2 pidato 5-7 menit dengan topik apapun dan belajar melakukan evaluasi pidato orang lain. Ketiganya disampaikan pada waktu yang berbeda, kok. Hehe.. Pada pidato pertama, aku memilih untuk bercerita tentang bagaimana aku mengontrol ekspektasi. Pidato kedua, aku lupa topik apa yang kupilih, hehe..

Project 3. Research and Presenting

Project ini juga pidato 5-7 menit tapi pidatonya harus mengandung sumber yang terpercaya, baik dari riset, website organisasi, dll. Aku memilih untuk menyampaikan tentang cuci tangan.

Level 2

Project 1. Understanding Your Leadership Style

Project ini mengharuskanku memahami tipe kepemimpinan seperti apa yang condong pada diriku dan dikaitkan dengan pengalaman. Aku memilih untuk menceritakan bagaimana aku menginisiasi penerbitan buku Nursing Untold Stories untuk menggambarkan gaya kepemimpinanku. Menyusun naskah pidato dalam project ini juga mengharuskanku untuk memahami diri sendiri.

Project 2. Understanding Your Communication Style

Tugas dari project ini adalah memahami tipe komunikasi diri kita. Kita perlu mengisi semacam kuesioner untuk mengetahui jenis komunikasi apa yang dominan dalam diri kita. Mau tidak mau, aku harus melakukan refleksi diri sendiri bagaimana aku berkomunikasi dengan orang lain.

Project 3. Introduction to Toastmaster Mentoring

Tugas project ini lebih kepada bagaimana kita memahami perbedaan coaching dan mentoring dan mengaitkannya dengan proses mentoring yang pernah kita alami. Aku memilih untuk menceritakan mentorku di Toastmaster, yaitu Alm. Bagio Karno alias Baz. Meskipun aku baru kenal dan menjadi mentee beliau selama kurang lebih 3 bulan, tapi beliau sangat luar biasa dan memotivasi diriku untuk terus berkembang. Semoga almarhum husnul khotimah.

Level 3

Project 1. Reaching Consensus

Project ini cukup memakan waktu bagiku untuk berpikir. Karena dalam tugas ini, kita harus menyampaikan pesan dan kesan ketika mencapai suatu kesepakatan bersama. Aku baru menyelesaikan tugas ini setelah aku memutuskan untuk mengikuti sebuah kompetisi proyek sosial bersama 3 orang lainnya, di mana aku baru bisa menceritakan bagaimana aku sebagai ketua tim dapat menyatukan pendapat yang berbeda dan mencapai satu kesepakatan bersama.

Project 2. Using Presentation Software (Elective Project)

Dalam project ini, aku harus bisa menggunakan alat presentasi yang baik dan menarik untuk dapat meningkatkan performa pidatoku. Aku memilih untuk bercerita tentang Connecting the Dots, bagaimana akhirnya aku menemukan dan menginisiasi Seed for Children dalam perjalanan hidupku.

Semua topik yang kupilih sebagai bahan pidato merupakan bagian dari perjalanan hidupku, yang mana secara otomatis membuatku melakukan refleksi diri selama menyusun naskah pidatonya. Setelah ku amati, begitupun dengan member-member lainnya. Merekapun memilih topik yang memang berkaitan dengan hidup mereka. Mengapa begitu? karena menceritakan hal yang telah kita alami itu lebih mudah karena kita menguasai materinya. Itulah mengapa pada akhirnya aku menyadari bahwa Toastmasters International membuat kita memahami diri sendiri. Tidak hanya itu, bahkan kita juga dapat belajar banyak dari pelajaran hidup orang lain, karena mereka semua melakukan hal yang sama, menceritakan pelajaran hidup yang mereka alami. Nah, project pidato di Toastmasters ini akan selesai pada level 5. Semakin tinggi levelnya, tugasnya juga cukup menantang tapi juga membantu pengembangan diri kita sendiri. 

Biasanya, reguler meeting Toastmasters itu tatap muka, karena sedang pandemi, jadi semuanya virtual meeting. Ini merupakan kesempatan yang bagus karena dengan adanya virtual meeting, kita bisa datang ke berbagai clubs di berbagai tempat dan daerah bahkan luar negeri, dan semakin beragam lagi pelajaran yang kita dapat. Mau coba ikut meeting di Toastmasters? boleeeeh banget! Jadi guest, free! Aku jadi member di Huntsman Indonesia Toastmasters Club, yang bertempat di PT. Huntsman Indonesia, Pasar Rebo. Tapi saat ini kami selalu mengadakan virtual meeting via zoom. Boleh kunjungi instagramnya @hi.tmc kalau kamu penasaran dan tertarik atau klik di sini.