Jumat, 08 Desember 2017

Keputusan 180 Derajat

Standard
http://www.gambar-katakata.com/gambar-islami-lucu/

Bismillahirrahmanirrahimi..

Pada akhirnya saya memutuskan untuk membuat tulisan tentang keputusan menimba ilmu di sebuah pesantren. Kalau pakai bahasa legislatif, saya telah menimbang, memutuskan untuk menjadi seorang santri pascakampus. Setelah lulus profesi, kalau “lurus” dalam dunia karir, mungkin pilihan berikutnya antara bekerja sebagai perawat atau tenaga kesehatan profesional di sebuah instansi, atau melanjutkan kuliah lagi. Pokoknya seputar lanjut kerja atau meraih pendidikan lebih tinggi lagi.

Keputusan menjadi seorang santri setelah lulus sarjana adalah keputusan 180 derajat dalam hidup. Opsi ini muncul ketika saya duduk di semester delapan karena dipicu oleh suatu alasan. Alasan yang sayapun tidak memahami bagaimana prosesnya itu bisa saja hadir dalam pikiran dan terpatri dalam hati. Can we call it as Hidayah? Surely, I’m not sure. Maybe yes. And I feel blessed of that.

Kalau dalam dunia perdebatan, istilahnya banyak yang pro dan kontra. Heran juga ya, yang mau nyantri siapa, yang banyak komentar siapa. But I called it as sign of loveliness. Bukti banyak yang perhatian. Hehe.. Alhamdulillah untuk ke-sekian kalinya, Mama dan Bapak justru mendukung. Sisanya, beragam pendapat bermunculan, baik dari kerabat dekat, teman dekat, atau yang mungkin saya aja bahkan nggak kenal dengan ybs. Apa saja pendapatnya?

Mak pojur be’en ende monduk (Kok beruntung kamu mau mondok).”

Mak gik monduk mon la a sarjana? (Kok masih mondok kalau udah sarjana?).”

“Jangan lama-lama. Emang nggak mau lanjut S2?.”

“Kamu nggak mau kerja?”

“Emang kamu bakal betah di pondok?”

Dst...

Alhamdulillah Allah ciptakan bibir untuk bisa memberikan senyuman dalam menghadapi berbagai pendapat itu. Hehe.. :D

Pada akhirnya, meski hati sedikit goyah, tapi qadarullah dan pada akhirnya saya sudah merasakan jadi santri selama sebulan. Apa rasanya? Nano-nano. Ada asamnya, ada manisnya, ada pahitnya. Pokoknya segala macam rasa. Kok cuma sebulan? Iya, saya masuk pondok tanggal 25 Oktober dan dapat libur Maulid Nabi selama sepuluh hari terhitung dari tanggal 29 November 2017 – 8 Desember 2017. Jadi, besok saya akan kembali lagi. Ulala~

Pertanyaan berikutnya yang teramat sering ditanyakan sepulang dari pondok yang sebulan itu.

“Kamu betah?”

Jangankan sebelum pulang, baru tiga hari di pondok aja udah di tanya, “Betah?” oleh ustadzah di pondok. Dalam hati ingin bilang, “Ustadzah, ini masih tiga hari, saya butuh yang namanya proses adaptasi.”. :’D Teman-teman di pondok yang bahkan udah mondok 3 bulan, setahun, bahkan dua tahun aja masih bilang belum betah. Wkwkwk.

Perkara betah atau nggak betah, akhirnya saya jawab, “InsyaAllah.”. Maknanya, ya dengan izin Allah saya mudah-mudahan bisa betah. Karena sesungguhnya ada sisi yang membuat saya nyaman dan tidak nyaman. Nyaman karena banyak ilmu yang bisa didapat, insyaAllah. Sepanjang waktu rasanya dominan untuk ibadah, jauh dari handphone, karena saya merasa sudah terkena sindrom adiksi terhadap penggunaan HP yang tidak pada tempat dan waktunya. Jadi, ibaratnya kalau di rumah, if you have so much time, you have many options to do, whether to check your gadget (handphone or laptop) or read some books or novels. Kalau di pondok, you don't have that kind of choice. Pilihannya cuma baca Al-Qur’an, baca kitab pelajaran, tidur, atau ngobrol sama teman karena di Pondok tidak diperbolehkan membawa HP dan buku bacaan selain pelajaran. Opsi dua terakhir ini kurang cocok sama saya. Jadi itulah mengapa saya justru merasa nyaman dengan dibuat kondisi yang seperti itu.

Aspek ketidaknyamanannya menyangkut kebutuhan dasar manusia, seperti mandi, makan, tidur. Sebenarnya bukan tidak nyaman sih, tetapi karena faktor pembanding saat kenyamanan di rumah. Kalau tidak dibandingkan, it’s okay. Those condition thought me how to live a humble life. Semua tentang hidup dengan sederhana. Hidup dengan menerima apa yang ada. Di saat kamu cuma dapat nasi sepiring tanpa lauk, ya Alhamdulillah. Di saat kamu cuma dapat lauknya aja tanpa nasi, ya Alhamdulillah. Saat kamu kehilangan sabun, ya Alhamdulillah juga. Mau kesal juga percuma, ya kan? Kalau pikiran lagi sehat, obatnya dengan kalimat, “Emang sabun punyamu? Kamu punya apa di dunia ini? Orang semuanya pinjaman dari Allah, ya kan?”. Terima kasih kepada ustadz YM, karena ceramahnya yang dapat memberikan pandangan pada saya, bahwa sejatinya manusia itu hanya meminjam. Terima kasih kepada ustadz Adi yang juga menambahkan pandangan itu, kalau kita diberikan kelebihan, orientasikan bagaimana barang/sesuatu itu dapat menjadi ladang pahala bagi kita.

Tentang pertemanan juga. Alhamdulillahnya meskipun badan saya agak mungil wkwk, tapi berdasarkan teori tumbuh kembang sih katanya udah dewasa. Haha.. Jadi, ya cukup bisa menilai mana yang patut dan tidak untuk ditiru. Kadang suka kasihan sama yang udah di suruh mondok sejak kecil. Saya bingung sih sebenarnya, apakah itu termasuk beruntung karena sudah dipahamkan tentang agama sejak kecil atau nggak. Karena mereka masih teramat sangat belia sekali, usia TK sudah di pondok. Antara salut atau kasihan. Ini cuma pendapat dan ini hal yang amat sangat debatable, menurut saya. Tapi belum berani kasih pendapat tegas karena belum banyak baca dan merenungi riset-riset atau literatur ilmiah mengenai usia belia di pondok pesantren dari segi tumbuh kembang, sosial, dsb. Seems like interesting, right? Karena kalau punya anak nanti, jadi bisa buat bahan pertimbangan seandainya ingin menempatkan anak di pondok pesantren, sebaiknya pada usia berapa sih idealnya untuk bisa mondok? Sebenarnya itu pertanyaan pribadi, wkwkkw. Yang punya pendapat, boleh banget lho. Hehe.. Very pleased to discuss.

Oke, kayaknya udah kepanjangan. Pada kesimpulannya, saya memutuskan menuntut ilmu agama supaya lebih paham lagi karena masih merasa bodoh dan merasa butuh itu. Ternyata setelah selama sebulan ini, memang benar masih bodoh dan sangat dibutuhkan ilmunya, terbukti banyak yang belum saya ketahui. Innalillahi, Astaghfirullah, wa Alhamdulillah. Hehe.. kayaknya ini tergolong terlambat. Late is better than never, right? Mengutip nasihat dari Imam Asy-Syafi'i, bahwa "Hakikat seorang pemuda adalah ilmu dan taqwa". Doa'kan semoga saya diteguhkan hatinya, dan semoga Allah meneguhkan hati pembaca dalam iman dan taqwa. Aamiin.

 Sekian, semoga berfaedah. Wassalam..

Minggu, 17 September 2017

Sebuah Refleksi: I Feel Lost on My Real Public Figure

Standard
Bismillahirrahmaanirrahiim...


Ah, kebiasaan memang. Pikiran ini terlalu liar rasanya dalam berpikir. Liar dalam arti sangat acak, dan tiba-tiba saja muncul satu topik yang terpikirkan dalam benak. Topik yang baru saja muncul adalah mengenai tokoh yang kita teladani dalam hidup atau mungkin biasa disebut sebagai figur kehidupan.

Setiap orang punya potensi menjadi pusat perhatian banyak orang atau menjadi teladan dalam hidup kita. Biasanya sih yang sudah terkenal seperti artis-artis. Misalnya saja Syahrini. Sempat viral tentang gaya jilbab dan bajunya Syahrini di kalangan masyarakat. Atau contoh lainnya adalah orang sukses seperti Steve Jobs. Kita bisa telusuri bagaimana karakter dan perjuangannya hingga mencapai titik sukses tertingginya. Setelah memahami pola kehidupannya, kita bisa termotivasi hingga meniru gaya hidupnya yang positif ke dalam kehidupan kita. Atau nggak usah jauh-jauh deh. Teman kita sendiri yang mungkin punya kelebihan dalam hal karakter, kecerdasan, atau gaya hidup. Mungkin akan muncul dalam benak diri, "kok dia bisa jadi seperti itu ya? apa ya rahasianya?". Rasa ingin tahu muncul, dan mencari informasi kepada yang bersangkutan. Setelah mengetahuinya, kita dapat belajar darinya, kemudian kita adopsi hal-hal positif darinya ke dalam kehidupan kita. Lingkup lebih dekat lagi, adalah orang tua kita. Anak-anak akan menirukan apa yang terlihat olehnya di dalam keluarga, oleh ibunya dan ayahnya. Bagi perempuan, setelah dewasa pasti akan belajar dari ibunya bagaiman beliau dulu mengasuh kita sejak kecil hingga sekarang. Bagi laki-laki, akan belajar bagaiman tegar dan kerasnya perjuangan menjadi sosok Ayah yang kita anggap sebagai teladan, dsb.

Hal yang mengganggu dalam benak ini adalah..

"Siapa sih sosok figur yang benar-benar dapat kita ikuti?"

Hayo, siapa? Hehe...

Setelah perenungan, bagi yang muslim, jawabannya adalah Rasulullah SAW.

Merupakan refleksi bahwa diri ini sudah terlalu lama kehilangan dalam ingatan untuk meneladani beliau. Bahkan cenderung tidak terlalu memahaminya secara mendalam.. That's why i feel lost in this world in order to found out the real my public figure is. :( Tidak hanya itu, sepertinya diri ini juga telah lama hilang ingatan bahwa banyak sekali figur-figur teladan dari para tabi'in dan sahabat-sahabiat semasa hidup Rasulullah SAW.

Setelah mendapat beberapa informasi dari ceramah-ceramah, banyak sekali yang seharusnya kita teladani dari Rasulullah SAW. Misalnya, tuntunan dalam menuntut ilmu. Ada pesan-pesan dari beliau bagaiman seharusnya penuntut ilmu belajar agar ilmu tidak cepat lupa dan menjadi ibadah. Mungkin ini yang hilang dari diri ini. Mungkin perasaaan bahwa ilmu yang cepat "dispossible" terjadi karena tidak mengetahui dan mengikuti tuntunan beliau. Contoh lainnya adalah tuntunan dalam berwirausaha, dalam bermuamalah dengan sesama, hingga bersikap dengan hewan dan tumbuhan. Contoh lain lagi, bagaimana dalam menjalani rumah tangga dan mendidik anak *eh*. Semuanya ada. Semuanya benar-benar ada. Hanya saja, diri ini yang terlalu jauh mencari sosok figur dalam hidup.

Ada beberapa kisah menarik dari para tabi'in semasa Rasulullah SAW yang patut diteladani. Ini saya ceritakan kembali kisah yang sangat berkesan dalam hati saya. Kisah dari seorang tabi'i bernama Ibnu Sirin. Beliau adalah seorang pedagang yang kejujurannya patut diteladani. Suatu kali, beliau ditawari segentong besar madu yang pada zaman itu, jika terjual senilai 40.000 dirham, sangat mahal. Suatu kali, Ibnu Sirin lupa menutup gentong tersebut. Hingga keesokan harinya, beliau menemukan satu ekor tikus yang sangat kecil mati di atas permukaan madu tsb. Pertanyaan refleksi, jika diposisikan sebagai Ibnu Sirin, apa yang akan dilakukan? Hehe.. Akan kita buang saja seluruh madu tersebut atau kita buang tikus dan beberapa bagian yang sekiranya terkena bangkai tikus tsb mengingat harga jualnya 40.000 dirham? hehhee....

Hal yang dilakukan Ibnu Sirin adalah membuang seluruh madu ke sungai. Kemudian sekitar 4 atau 8 orang menggotong madu tersebut dan dialirkan ke sungai. Perilaku ini mengundang pertanyaan orang-orang pada saat itu.

"Wahai Ibnu Sirin, mengapa kau buang seluruh madu itu? Tidak bisakah engkau buang saja bagian yang terkena bangkai itu? Madu itu seharga 40.000 dirham!.", tanya seseorang.

"Demi Allah. Bisakah engkau menjamin bahwa satu tetes dari madu tersebut tidak mengandung bakteri dari bangkai tersebut? Aku tidak ingin mendhalimi kaum muslimin.", jawab Ibnu Sirin

"Sungguh, Aku tidak bisa menjamin hal itu.", jawab seseorang.


Kisah tersebut amat sangat berkesan. Terlebih nampaknya sulit menemukan orang sejujur beliau. Akhlak yang sangat terpuji ini nampak karena beliau memahami bahwa sejatinya setiap perbuatan yang kita lakukan senantiasa di awasi oleh Allah. Bahwa pada akhirnya nanti sleuruh perbuatan kita akan dihisab. Ya Allah, wa Innalillahi...

Banyak sekali kisah-kisah para tabi'in dan para sahabat yang menggugah hati dan amat sangat perlu untuk diteladani. Ini yang hilang dalam diri ini. Refleksi diri bahwa sejatinya kita perlu kembali untuk mempelajari tuntunan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui serta mengambil hikmah atas kisah-kisah para sahabat, ummul mukminin (para istri nabi), tabi'in, dan ulama masyhur dahulu. Semoga senantiasa kita selalu diberi kemudahan untuk mempelajari dan meneledani beliau. Aamiin... Yuk, kembali! :)



Cileungsi,
17 September 2017
20.14


Minggu, 23 Juli 2017

Tadabbur Al-Qur'an (1)

Standard
Bismillahirrahmanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)


Sampaikanlah walau hanya satu ayat. Begitu pesan baginda Nabi Muhammad SAW.


Sewaktu lebaran kemarin, Mama saya bilang kalau ia kagum sekali dengan ustadzahnya dulu. Ustadzah mama sangat royal terhadap ilmu yang dimilikinya, sekecil, sesedikit apapun ilmu itu. Katanya, ilmu itu harus dibagikan, masalah rezeki, Allah sudah mengaturnya untuk setiap hamba-hambanya. Maka dari itu, jangan pernah takut untuk berbagi kepada orang lain, terutama ilmu. I was so amazed, jadi ikut kagum dan agak merinding dengarnya. I learned  a lot, after many thoughts running in my head. Thus, I think that it is good to made it as one of principle in life.

Jadi, ceritanya habis dari kajian, dan dapat ilmu ini dari Ustadz Ahmad Ibnu Syam, tentang mengahadapi permasalahan hidup. Permasalahan apapun itu, pekerjaan, per-jodoh-an, per-duit-an (?), de el el. Beliau bilang, jawabannya ada di surat Al-Baqarah ayat 45.


وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
(Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. Q.S Al-Baqarah; 45)

Telusur punya telusur, saya searching di google, keluarnya bukan ayat 45. Tapi ayat 153. Ternyata Allah bilang dua kali, hal yang sama.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
(Hai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Q.S Al-Baqarah; 153).


The Guide. Petunjuk. Ketika dirundung permasalahan, tindakan pertama adalah sabar. Tapi sabar saja tidak cukup. Maka perintahnya setelah sabar adalah shalat dan meminta pertolongan pada Allah (berdoa). Ustadz bilang kalau memanjatkan do'a itu harus terus-menerus. Jangan kadang doa, kadang nggak. Do'a nya juga harus yakin. Yakin kalau Allah mengabulkan doa yang dipanjatkan.

Kalau dirasa doa belum dikabulkan? 

Sabar dan tetap yakin, dan terus berdoa. Husnudzan, Allah pasti akan memberikan yang terbaik.

Ingat kisah Nabi Zakaria.....
Ia berkata:”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku.
Q.S Maryam ayat 4
Kesimpulannya, hal yang perlu diperhatikan : shalat yang bisa menjadi solusi dalam berbagai permasalahan hidup adalah sholat yang khusyuk, yang baik dan benar, sesuai rukun dan syarat sahnya shalat dan melakukan shalat hajat. Berdo'a di waktu-waktu yang mustajab dan tempat yang mustajab..


In my opinion,  hidup rasanya tentram dan adem kalau bersama Al-Qur'an. Mengamalkannya adalah kunci kebahagiaan yang hakiki. Semangat ber-upgrade diri. Belajar itu sepanjang hayat. #terusbelajar #belajarterus


Wallahu a'lam.

Semoga Bermanfaat. :)



Cileungsi,

23 Juli 2017


Jumat, 21 Juli 2017

Yakin, Masih Bilang Nanti?

Standard
Bismillahirrahmanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)



"In, bisa bantu buat xxxxxxxx ?"
"InsyaAllah bisa, Bu. Kapan dikirimnya, Bu?"
"Jum'at pukul 15. Tk" 


Seraya menerima permintaan tersebut, langsung saja saya menyusun rencana kerja agar sesuai tepat waktu, kalau bisa malah lebih awal dari tenggat waktu serta memasang mindset untuk berusaha mengerjakannya dengan optimal agar tidak mengecewakan. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Time flies

Sembari menatap layar laptop, randomly I stopped my work. Kemudian dalam hati bilang, "Eh, kok gw sampai segitu takutnya untuk kirim telat dan mengecewakan manusia? Kalau adzan untuk shalat, gimana? Pernahkah takut kalau Allah kecewa?", konflik batin. *sering banget begini :'D Hey kamu (jodoh) yang entah sekarang ada di mana! Siap-siap nanti jadi tempat curtinku (re: curhat batin) ya! #eh :p*

Shalat. I don't know why pikiran tertuju pada ibadah yang satu itu. Seringnya, ambil wudhu kalau sudah dengar adzan. Atau sesekali shalatnya lewat dari adzan. Atau kalau lagi khilaf banget malah nggak dengar adzan dan shalatnya telat pake banget. Padahal, adzan itu panggilan Allah kepada hambaNya. KataNya, "Hayya 'alash sholah (Mari menunaikan sholat)". Saat panggilan itu datang, di mana kita? di mana saya? di mana kamu?

Berdasarkan perasaan pribadi, paling nggak mau dan sedih kalau buat orang lain kecewa. Sekali lagi, nggak mau buat manusia kecewa. Tapi jarang mikirin gimana caranya biar Allah nggak kecewa. Jarang mikirin perasaan Allah. Astaghfirullah. Nabi Muhammad SAW bilang,

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, dan Jihad di jalan Allah Swt.” (HR Bukhari & Muslim).

Hmmmm.....

Pernah juga dengar ceramah ustadz Yusuf Mansur tentang hubungannya kehidupan kita dengan shalat yang kita kerjakan. Beliau bilang kalau suka menunda-nunda shalat, maka wajar bila dalam urusan dunia selalu terlambat. Misalnya, jodohnya lama datang, dapat pekerjaannya lama, dan sebagainya. Padahal, jika shalat dikerjakan tepat waktu atau bahkan lebih awal, urusan dunia juga lebih cepat. Misalnya, belum lulus kuliah sudah punya tawaran kerja dan lain sebagainya. Saya pun meyakini hal itu. Ketika ingin memperbaiki hidup, maka perbaikilah shalatmu. Memperbaiki shalat baik dalam hal ketepatan waktu, pemenuhan rukun dan syarat sahnya shalat, dan sebagainya.

In the end, semoga perenungan dari konflik batin yang diinterpretasikan berupa tulisan ini bisa bermanfaat. Semoga Allah mengampuni saya dalam setiap kata yang tertulis dan meluruskan niat saya. Semangat terus untuk memperbaiki diri, menuju ridhoNya agar termasuk menjadi penghuni jannahNya. Aamiin....

Wassalam.

Cileungsi,
21 Juli 2017

Nb: Jangan lupa, hari ini tayang Kick Andy tentang tulisan yang sudah saya buat klik di sini :p

Rabu, 19 Juli 2017

Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur'an

Standard

Siapapun Anda, Anda adalah pengahafal Al-Qur'an

Judul                   : Rahasia nikmatnya menghafal Al-Qur'an
Pengarang Buku : D.M Makhyaruddin
Penerbit Buku     :Noura Religi
Kota terbit           : Jakarta
Tahun terbit         : 2013
Tebal                   : 292 halaman


Sinopsis

"Sesungguhnya menghafal Al-Qur'an itu tidak membutuhkan metode, tetapi yang dibutuhkan dalam menghafal Al-Qur'an hanyalah niat, mujahadah, dan istiqamah"

Menghafal Al-Qur'an mungkin adalah keinginan kebanyakan muslim dan muslimah. Terlebih lagi, saat ini sudah banyak qari' muda dan hafidz Qur'an, yang menginspirasi banyak kaum muda-mudi. Buku ini berisi pengalaman penulis selama menghafal Al-Qur'an dan banyak pesan-pesan yang memotivasi pembaca untuk tidak pantang menyerah dalam menghafal Al-Qur'an.

Penulis buku ini menghafal 30 juz hanya dalam waktu 56 hari. Tulisannya pun memaparkan hal-hal esensial terkait menghafalkan Al-Qur'an, yaitu dimulai dari alasan mengapa ingin menghafal, cara menghafal, cara menjaga hafalan, dan bagaimana menikmati hafalan Al-Qur'an. Selain itu, buku ini menyadarkan bahwa menghafal tidak hanya sekadar hafal saja namun menghafal yang berkarakter dan berkualitas bagi penghafalnya.

Penulis membagi tulisannya menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama, penulis memaparkan tentang persiapan mengarungi keindahan Al-Qur'an. Hal ini meliputi hal esensial ketika seseorang berniat untuk menghafal serta membahas tentang komitmen ketika sudah niat untuk menghafal. Bagian kedua, penulis memaparkan tentang metode dan unsur-unsur yang diperlukan untuk menghafal. Bagian terakhir, penulis memaparkan tentang penjagaan hafalan Al-Qur'an, termasuk metode secara teknis maupun penjagaan yang berkaitan dengan perilaku yang harus dimiliki penghafal Al-Qur'an agar hafalannya dapat terjaga. Pada setiap bagian ini mengandung kalimat-kalimat yang memotivasi. 

Kelebihan

Kelebihan buku ini adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis dapat memotivasi pembaca untuk menjadi penghafal yang berkarakter dan berkualitas. Penulis juga mampu menggugah hati pembaca dengan tulisannya karena disertai dengan cuplikan kisah zaman Rasulullah SAW dan beberapa potongan hadits. Tidak hanya itu, penulis juga memaparkan beberapa tadabbur ayat-ayat Al-Qur'an.

Kekurangan

Catatan kaki pada buku terletak di belakang, sehingga perlu membolak-balikkan lembar buku untuk melihat penjelasannya.


Personal Rate : 8/10

Sabtu, 08 Juli 2017

Menyandang Gelar Sarjana, dan Saya Malu!

Standard
Bismillahirrahmanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Sudah setahun rasanya, gelar sarjana saya peroleh. Tersanding S.Kep di belakang nama. Alhamdulillah 'ala kullihaal... Perasaan saya aman-aman saja dengan adanya tambahan gelar tersebut, sampai pada hari Kamis, 6 Juli 2017 kemarin, membuat saya malu sejadi-jadinya sekaligus rasanya hati bergejolak ingin lakukan ini dan itu (re: timbul semangat).

Kamis, 6 Juli 2017

Saya menghadiri undangan taping acara Kick Andy di Metro TV bersama teman-teman Sobat Bumi dengan tema Pengorbanan tanpa Pamrih. Temanya sangat menarik hati, maka dibela-belain datang langsung lihat pembicaranya meski saya tahu acara akan selesai larut malam. Karena saya yakin kalau vibes nonton langsung dengan via tayangan televisi, getaran dari pembicaranya itu beda. Hehe..

Korelasi judul tulisan ini dengan cerita nonton Kick Andy adalah pada pembicara pertama. Beliau bernama Yoseph Orem Blikololong, asal Lembata, Kupang, NTT. Andy F Noya, membuka sesi pertama dengan perkenalan beliau sebagai seorang pemulung. At first, saya berpikir, seorang pemulung, dengan pengorbanan tanpa pamrih. Dalam hati berspekulasi, okay, mungkin karena jasanya mengambil barang-barang bekas/sampah jadi masuk ke dalam tema acara.

Jeng

Jeng

Jeng

Ternyata saya salah.

Apa yang membuat beliau jadi pembicara di acara Kick Andy ini ternyata sangat luar biasa. Beliau seorang pemulung yang mampu membuat dua sekolah gratis secara mandiri, yaitu PAUD dan SMP. Gimana bisa ya? Itu yang langsung terlintas dalam benak saya.

Beliau membangun sekolah tersebut dari hasil mulung sehari-harinya. Ya Allah... :"(
Tergerak hati beliau untuk membangun sekolah karena melihat dan mengobrol dengan anak-anak jalanan di Kupang. Mengetahui bahwa anak-anak tersebut ingin sekolah, namun keluarga mereka tidak mampu, maka Pak Yoseph bertekad membangun sekolah gratis dari hasil kerja sebagai seorang pemulung. Beliau yang merupakan lulusan SMA ini sudah berkeluarga dan memiliki 6 orang anak. Respon pertama dari istrinya saat mengatakan ingin membangun sekolah adalah marah. Bagaimana mungkin bisa membangun sekolah dengan hasil yang pas-pas-an untuk kebutuhan keluarga. Namun Pak Yoseph ini mampu meyakini istrinya dan akhirnya bisa membangun sekolah sampai saat ini. 

Hal yang saya pelajari dari beliau adalah tentang keyakinan. Beliau seorang pemulung lulusan SMA yang bahkan penghasilannya pas-pasan tapi punya keinginan yang sangat tinggi dan mulia. Rasanya tidak mungkin dengan kondisi seperti itu bisa melakukan hal besar seperti Pak Yoseph lakukan. Banyak sekali pemikiran beliau yang saya sangat suka. Beliau memiliki hati yang sangat mulia dan memiliki keyakinan bahwa meskipun dalam kondis sulit, saat membantu yang sedang kesulitan pasti akan ada bantuan dan jalan keluar. Keyakinan yang begitu besar. Saya pernah baca suatu kutipan yang mengatakan bahwa "Banyak mimpi terbunuh karena keraguan yang kita ciptakan sendiri". Ya, I think it is most common problem. Saat menyimak beliau bercerita, gelar sarjana ini rasanya keciiiiiiil sekali. Malu sekali rasanya.

Random sekali rasanya pikiran ini. Teringat ceramah Ustadz Yusuf Mansur mengenai Sulaiman spirit. Beliau menjabarkan tadabbur Q.S Shad ayat 31-35, yang pada intinya tentang semangat atau spirit Nabi Sulaiman a.s. yaitu memiliki keinginan besar, yang tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali dirinya saat kondisinya sedang sejatuh-jatuhnya dan dikabulkan oleh Allah. Menurut saya, inilah yang terjadi pada Pak Yoseph, disaat keadaan yang sulit, beliau malah memiliki keinginan yang sangat besar dan terwujud. Selain itu, Pak Yoseph ini sedang berkuliah mengambil studi hukum. Apa alasan beliau? Supaya bisa membela rakyat-rakyat kecil. Sesederhana itu. 

Ya Allah, semoga Kau jadikan hamba dan yang lain menjadi sebaik-baiknya manusia. Sebaik-baiknya manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Sebaik-baiknya manusia yang bisa membagi ilmu yang diperoleh, mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk orang lain, agar menjadi amal jariyah kelak. Semoga menjadi amanah dengan banyaknya ilmu yang diperoleh. Semoga dengan bertambahnya ilmu, justru semakin merunduk. Aamiin.... :"))

Silakan teman-teman menonton acara Kick Andy ini pada tanggal 21 Juli 2017 pukul 20.00 di Metro TV supaya menyimak langsung apa yang diceritakan oleh Pak Yoseph yang sangat menginspirasi ini. Tulisan ini rasanya tidak cukup untuk menggambarkan perasaan saya saat menyimak langsung. Semoga bermanfaat!


Cileungsi,
8 Juli 2017