Senin, 18 November 2019

Gugur Bungaku

Standard



Jika ada empat musim di hati
Saat ini sedang terjadi musim gugur di taman hatiku
Gugur semua bunga di taman hatiku
Daun-daun berjatuhan di terpa angin

Teruntuk pangeran kecilku
Aku pernah berharap melihatmu bertumbuh besar di dunia
Tapi Tuhan mempunyai rencana terbaik untukmu
Tuhan lebih sayang dirimu

Pangeran kecilku,
Mengapa harus aku yang menyaksikan saat-saat kritismu?
Mengapa harus aku yang menyaksikan kepedihan orang tuamu?
Maafkan diriku karena tidak sanggup melihat wajahmu kala itu

Pangeran kecilku,
Maaf aku tidak sekuat dirimu untuk menahan tiap tetes air mata
Maaf karena musim gugur masih terjadi di hatiku
Terima kasih telah mewarnai hari-hari kerjaku

Pangeran kecilku,
Aku percaya kamu akan menimkati indahnya surga
Aku akan bertanya padamu, indahkah surga itu?

Akankah kita berjumpa di sana?

Pangeran kecilku,
Semua sakitmu telah berakhir
Perjuanganmu tiada yang sia-sia
Selamat menyambut kebahagiaan yang hakiki
Peluk dan cium dengan do'a dariku untukmu




Notes
Goresan kata ini akan menjadi yang terakhir dari seri #pangeran kecilku. Sesungguhnya, sumber inspirasi dari seri ini telah menghadap yang Maha Kuasa. Aku memohon do'a terbaik dan Al-Fatihah untuk almarhum, bagi yang membaca #goresankata ini. Terima kasih banyak!



Minggu, 10 November 2019

Mutiara Kehidupanku

Standard


Halo readers!

Seminggu yang lalu, perawat dan dokter di bangsal anak tempatku bekerja mengalami duka yang cukup mendalam karena salah satu pasien kami meninggal. Sebut saja, mutiara. Mutiara adalah anak perempuan lucu, imut, dan manis. Di ruanganku bekerja, ada satu ruang khusus untuk pasien dengan kanker leukemia karena memang ada satu dokter spesialis anak yang fokusnya di hematologi-onkologi. Mutiara, salah satu pasiennya. Dua postinganku sebelum ini yang bertajuk "Pangeran Kecil" juga terinspirasi dari mutiara lainnya dengan sakit yang sama, yaitu leukemia. Kebetulan, seminggu yang lalu juga, aku mendapat kesempatan untuk menghadiri seminar dengan tajuk "Upaya Peningkatan Pelayanan Kanker pada Anak.". Hal ini membuatku ingin membahas tentang leukemia pada anak dan kukaitkan dengan fenomena yang kuamati dalam-dalam saatku merawat pasien anak dengan leukemia. 


Leukemia merupakan salah satu keganasan/kanker yang berasal dari sumsum tulang yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih disertai adanya  sel-sel muda dalam darah tepi. Leukemia dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Melansir informasi dari website Yayasan Onkologi Anak Indonesia, diperkirakan terdapat 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya dan salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada anak di Indonesia adalah leukemia. Telah disebutkan bahwa leukemia berasal dari sumsum tulang, dimana sumsum tulang merupakan sumber utama aktivitas pembentukan komponen darah manusia, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Adanya keganasan pada sumsum tulang menyebabkan produksi komponen darah dalam tubuh terganggu dan menimbulkan efek seperti anemia (rendahnya kadar hemoglobin dan/ sel darah merah), trombositopenia (rendahnya jumlah trombosit), dan leukopenia (rendahnya kadar sel darah putih). Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan beberapa gejala yang terjadi pada anak dengan leukemia, yaitu:

1. Anemia, kondisi rendahnya kadar hemoglobin atau kurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh. Biasanya orang dengan anemia tampak pucat. Pada beberapa kasus yang pernah kutemui di rumah sakit, biasanya anak mengalami pucat dengan kadar Hb 3-7, dimana kadar Hb normal adalah 12-13 g/dl. Pasien dengan kanker leukemia dengan Hb yang rendah biasanya memerlukan tranfusi darah merah / packed red cell (PRC). 

2. Perdarahan. Kasus anak dengan leukemia atau yang masih diduga leukemia memang biasanya ditemukan keluhan gusi berdarah atau mimisan (epitaksis). Namun, tidak semua mengalaminya. Perdarahan ini dapat terjadi akibat rendahnya kadar trombosit dalam darah. Dalam keadaan normal, trombosit berjumlah 140-450ribu. Namun, pada anak dengan kasus leukemia, jumlah trombosit yang biasa ditemukan dibawah 20ribu. Bahkan, pernah kutemukan anak dengan leukemia memiliki trombosit dengan jumlah 1000. Mengapa perhatian jumlah trombosit ini begitu penting? Karena trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dalam tubuh manusia. Jika kadar trombosit dalam darah rendah, maka tubuh tidak mampu melakukan pembekuan darah dengan normal sehingga berisiko perdarahan terus menerus. Oleh karena itu, pasien dengan leukemia tidak boleh mengalami benturan atau hal-hal yang menyebabkan kondisi perdarahan dalam tubuhnya. Anak dengan kadar trombosit yang rendah biasanya akan mendapatkan tranfusi darah trombosit. Darah trombosit ini biasanya agak sulit didapat dengan cepat. Oleh karena itu, siapapun yang membaca artikel ini, yuk jadi pendonor! Dengan mendonorkan darah kita ke PMI, insyaAllah bisa membantu banyak orang yang membutuhkan, khususnya para penderita leukemia.

3. Mudah terinfeksi. Setiap manusia memiliki pertahanan tubuh. Tuhan telah menciptakan salah satu komponen darah yang berfungsi untuk itu. Dia bernama leukosit atau sel darah putih. Leukosit ini berfungsi untuk melawan bakteri/virus jahat yang menyerang tubuh agar tubuh tetap sehat dan bugar. Anak dengan leukemia mudah mengalami infeksi karena leukosit yang dibentuk oleh sumsum tulangnya berbeda dari leukosit normal, sehingga menyebabkan leukosit yang terbentuk tidak dapat berfungsi secara normal.

4. Demam. Gejala umum yang dialami oleh anak dengan leukemia adalah demam. Anak dengan leukemia dapat mengalami demam karena proses peradangan atau proses infeksi yang dialaminya.

5. Nyeri tulang/sendi. Keluhan nyeri tulang/sendi ini tidak selalu dialami setiap anak. Hal ini dapat terjadi jika terjadi penyebaran sel-sel kanker ke dalam tulang atau sendi. Dan aku mendapati satu pasienku mengalami hal ini.

6. Pembesaran organ. Pembesaran organ terjadi apabila sel kanker telah menyebar ke organ lain seperti hati, limfa, kelenjar getah bening, ataupun organ lain. Tanda klinis yang tampak seperti perut semakin membesar, dan tampak pembengkakan pada kelenjar getah bening.

7. Kloroma, bercak kehitaman/keunguan pada kulit. Ini merupakan tanda khas rendahnya kadar trombosit. Ada satu anak sebelum didiagnosis leukemia mempunyai keluhan awal memiliki bercak hitam atau keunguan pada tubuhnya tanpa ada penyebab seperti benturan atau jatuh.

8. Hiperleukositosis adalah kondisi ketika kadar leukosit dalam darah lebih dari 100ribu. Namun aku belum menemukan kasus hiperleukositosis.

Dari sekian banyak tanda dan gejala yang sudah disebutkan, entah kita sebagai orang tua, kakak, atau anggota keluarga, atau tetangga yang menemukan salah dua dari tanda diatas untuk dapat segera memeriksakan anak ke dokter spesialis anak agar mendapat pemeriksaan lebih lanjut. Karena, menurut seminar yang ku hadiri, kanker dapat disembuhkan jika diketahui sejak dini. Yuk, coba peka sama anak-anak disekitar kita. :)

Lalu, apa faktor yang menjadi risiko leukemia?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, faktor risiko leukemia pada anak adalah genetik dan lingkungan. Genetik, artinya memiliki garis keturunan pada keluarganya yang juga memiliki kanker. Faktor lingkungan misalnya terpapar radiasi, polusi udara, paparan zat kimia, dsb.

Selain itu, rupanya terdapat berbagai jenis leukemia. Jenis-jenis leukemia diantaranya adalah Acute Lymphocytic (lymphoblastic) Leukemia (ALL), Acute Myelogenous Leukemia (AML), Mixed Lineage Leukemia atau Leukimia Hibrida, Chronic Myelogenous Leukemia (CML), Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL), Juvenile myelomonocytic leukemia (JMML). Jenis leukemia pada anak yang sering ditemukan dan banyak kutemukan di tempatku bekerja adalah jenis ALL dan AML. Namun, yang paling banyak adalah jenis ALL. 

Sebagai perawat anak yang memiliki pasien dengan leukemia, banyak pelajaran yang kudapat. Baik itu dari sisi kesehatan maupun sosial-spiritual. Anak dengan leukemia, sekarang akan menjadi mutiara kehidupanku. Kenapa mutiara? karena menurut pemikiranku, mereka layaknya proses terbentuknya mutiara. Kita tahu bahwa mutiara memiliki nilai jual yang tinggi di masyarakat, mewah, berkilau, banyak digemari orang, dan spesial. Terlepas dari "spesial"nya mutiara, ternyata proses terbentuknya mutiara oleh kerang tidaklah mudah. Mutiara harus melalui proses yang menyakitkan sebelum ia terbentuk di dalam kerang. Hal ini sama dengan pasien-pasienku dengan leukemia. Mereka anak-anak yang lucu, imut, ceria, dan sungguh kuat dalam menjalani proses penyakit yang sudah ditakdirkan untuknya. Terkadang membuatku malu sendiri ketika ingat mereka. Oleh karena itu, kusebut mereka sebagai mutiara-mutiara kehidupanku. Sesungguhnya, ketika aku menatap mereka lekat, dan membayangkan kembali raut wajahnya, entah darimana datangnya bisa menjadi suntikan semangat tersendiri. :)

Tulisan tentang leukemia ini belum ingin ku-akhiri. Ada beberapa hal lain yang ingin kubahas lagi tentang leukemia serta tentang pentingnya support/dukungan bagi anak dan keluarganya dari pengamatan pribadiku. Semoga tulisan ini memberikan manfaat kepada kalian yang sudi membacanya. Heheeee

See ya!!!!

Minggu, 20 Oktober 2019

Pangeran Kecilku (Lagi)

Standard



Selamat datang, Pangeran kecilku
Alam semesta menyambutmu dengan sorak sorai
Betapa bahagianya saat wajahmu ada di hadapanku lagi
Tatap matamu yang kurindu, kini kembali

Tanpa celah untuk ragu, aku percaya
Kamu bisa melewati masa kritis itu
Ketika banyak orang menggantungkan berbagai macam ekspektasi
Ketika banyak orang menyelipkan kata ragu
Aku hanya ingin percaya, kamu pasti kembali

Pangeran kecilku, terima kasih
Terima kasih sudah berjuang
Terima kasih telah bertahan
Terima kasih karena tidak menyerah pada keadaan
Meski tanpa kata, hati dan tatap matamu banyak mengukir kata

Meski saat itu napasmu tak bekerja sepenuhnya,
Beragam alat terpasang di tubuhmu
Darahmu pun tak mencukupi kebutuhan tubuhmu,
Aku tau, kamu ingin berkata
Aku sanggup bertahan

Pangeran kecilku,
Selamat mengarungi indahnya dunia, kembali
Meski banyak orang berkata dunia itu kejam
Percayalah, banyak harapan untuk kebahagiaanmu
Semangatmu adalah semangatku
Bahagiamu adalah bahagiaku
Sampai jumpa ketika kamu sudah bertumbuh lagi~




Selasa, 01 Oktober 2019

Pangeran Kecilku

Standard

Pangeran kecilku
Aku ingat betul saat kali pertama kita bertemu
Rupamu, senyummu, dan tawamu
Aku ingat sekali kala itu

Raut wajahmu tidak asing bagiku
Tanpa ragu aku tahu kalau kamu down syndrome
Apakah kamu tahu?
Kamulah satu-satunya yang membuatku sedikit lebih memahami tentang down syndrome
Apakah kamu tahu?
Aku begitu takjub saat kamu menyambut tanganku untuk kau cium
Hati ini luluh dan seketika runtuh melihat tingkahmu yang lucu
Apakah kamu tahu?
Kamu salah satu sumber inspirasi dalam hidupku

Pengeran kecilku,
Tahukah kamu?
Kamu selalu aku rindukan
Bukan, bukannya aku berharap kamu ada saatku bekerja
Karena artinya kamu sedang tidak baik-baik saja
Tapi, ketika kamu ada saatku bekerja, kamu selalu menarik perhatianku
Keluguanmu, keceriaanmu, membuat bibirku menyimpulkan senyum dengan mudahnya
Kamu selalu menyambut hadirku dengan keceriaanmu

Pangeran kecilku,
Hari ini aku melihatmu sedang tidak baik-baik saja
Tatapanmu tidak seperti biasanya
Napasmupun berirama lebih cepat
Hangat tubuhmu melebihi dari biasanya
Kemarin kamu menyambut tanganku dengan ciumanmu
Hari ini, aku meraih tangan mungilmu untuk kucium
Hati ini terasa memeluk hatimu
Raga ini ingin sekali mendekap tubuh mungilmu

Pangeran kecilku,
Kamu adalah anak terkuat yang kutemui
Aku ingin sekali melihatmu berdendang dengan nada-nada
Aku ingin sekali melihatmu tertawa riang kembali
Aku ingin kamu selalu menatap mataku tanpa jeda
Tatapan matamu hari ini seakan berkata padaku, aku kuat, tenang saja

Pangeran kecilku,
Cepatlah sembuh
Meski tak terucap lewat bibirku,
Tatap mataku selalu tertuju padamu,
Untuk mengatakan bahwa aku sungguh menyayangimu

Senin, 30 September 2019

Benang Kusut

Standard


Penghujung malam akhir September
Kata Green Day, "Wake me up, when September Ends"
Tampaknya pikiranku masih tidur
Sengaja tidur karena enggan untuk bangun
Berharap ada yang membangunkan
Nyatanya tidak ada
Memang sebaik-baik pengingat diri adalah diri sendiri


Pikiran bagai benang kusut
Kamu tahu benang kusut?
Berantakan, tak beraturan, tanpa makna
Perlu waktu untuk mengurainya
Perlu kesabaran untuk menyusunnya kembali
Tak perlu banyak tangan untuk mengatasinya
Hanya sepasang tangan penuh niat sebagai penyelesaian
Banyak tangan kadang semakin membuatnya kusut
Tak jarang suara lain mengatakan untuk mengguntingnya saja sebagai solusi instan
Apakah itu penyelesaian terbaik?


Seutas benang saja perlu di jaga agar tidak kusut
Terlebih lagi soal pikiran
Memang perlu dikuliti satu persatu
Mana yang berkelok, mana yang lurus
Yang berkelok perlu diluruskan
Yang lurus harus dijaga agar tetap pada koridornya
Kemudian disinergikan agar menjadi satu kesatuan yang utuh

Cinta, Harta, Tahta
Tiga kata bisa menjadi petaka atau pelita
Ketika salah satunya masuk tanpa izin dan syarat
Siap menerima petaka untuk menjadi kusut kembali
Memang sebaiknya menjadi selektif dan mawas diri
Demi akal dan pikiran agar tetap terawat dan terjaga

Merindu Hujan

Standard



Penghujung September tiba
Bukankah seharusnya hujan siap menyapa?
Suasana sendu saat hujan sudah kurindu

Dalam lamunanku, sepertinya aku mendengar suara rintik hujan
Langkah kaki penuh harap mengintip awan langit
Ternyata matahari masih dengan beraninya menyinari wajahku
Awan putih masih juga bertandang di langit biru
Kapan tiba saatnya hujan?

Kemarin langit mendung mewarnai sore hariku
Seketika anganku siap menyambut suasana sendu saat hujan
Namun rupanya hujan belum juga ingin menampakkan dirinya
Harapan dan kenyataan tidak bersinergi untuk diriku

Andai hujan tiba
Anganku akan bersorak dengan gembira
Berbaur dengan basahnya air hujan
Meringankan diri, menari bersama hujan
Seakan tiap tetes hujan yang jatuh meluruhkan semuanya

Hujan mampu menyamarkan air mata
Hujan mampu meluruhkan luka
Hujan mampu menghipnotis hati yang bimbang
Hujan mampu membawa jiwa melirik hati yang terdalam

Aku ingin diriku sendu bersama hujan
Hujan, aku merindukanmu

Jumat, 19 Juli 2019

Menemukan Oase di Bangsal Anak

Standard

Halooooooooo readers!
Apa kabar? Jumpa lagi dengan tulisanku.

Pesan pengantar tulisan ini adalah "Buruk belum tentu buruk, baik belum tentu baik".


Ide utama tulisan ini merupakan hasil perenungan selama menjadi perawat di bangsal anak sejak 3,5 bulan yang lalu.

Sesungguhnya, menjadi perawat di bangsal anak adalah hal yang sangat tidak aku harapkan. Sejak awal proses keputusan menjadi perawat di rumah sakit, yang kuharapkan adalah menjadi perawat di ruang gawat darurat atau bangsal dewasa. Alasannya adalah sulitnya membangun trust dengan anak ketika mereka tau bahwa perawat akan membuat mereka merasa sakit.

Beberapa tahun lalu saat praktik klinik di bangsal anak pada masa perkuliahan, kali pertama aku merasa bahwa kehadiranku sebagai perawat, tidak dibutuhkan. Saat ingin mengukur tanda vital (suhu, nadi, dan pernapasan) anak, sudah disambut tangisan. Padahal, itu bukan tindakan invasif yang membuat mereka merasa sakit. Apalagi kalau menyentuh tubuhnya, tak jarang mereka menepis dan berontak. Lain halnya di bangsal dewasa, bantuan perawat justru dicari karena mereka merasa memerlukannya. Tak ada bentuk penolakan dan tangisan, yang ada adalah penerimaan. That's why bangsal anak menjadi salah satu yang sangat aku hindari.

Ternyata oh ternyata, sekarang justru ditenggelamkan sebagai perawat di bangsal anak. Saat hari pertama penempatan ruangan untuk orientasi kerja, benakku berkata, "Oh, Man. Kenapa aku harus di sini?". Karena aku tidak punya pilihan, yang terjadi adalah aku harus bisa beradaptasi.

Time flies....ternyata sudah tiga bulan lebih dua minggu aku jadi perawat di bangsal anak. Finally I  could say, " Alhamdulillah. Untung ditempatin di bangsal anak!!". Nah lho..........

Beberapa hal yang membuatku beruntung jadi perawat di bangsal anak. Pertama, aku belajar untuk jadi orang yang mudah memberikan apresiasi. Anak lebih senang kalau dipuji. Jadi, sedikit hal positif yang kita temukan, harus diapresiasi. Semua bentuk apresiasi yang kita berikan akan membuat mereka senang. Membuat mereka senang adalah poin bagus untuk membangun trust. Kedua, aku jadi orang yang mudah mengungkapkan rasa sayang. Entah dengan memanggil mereka dengan sebutan "sayang", mengelus rambutnya, menggendong, mengusap dahinya, senyum dan sebagainya. Kalo di bangsal dewasa kan nggak mungkin manggil mereka "sayang", nanti jadi baper pasiennya, hahha... :D Ketiga, aku jadi lebih banyak bersyukur kalau lihat anak-anak yang sehat di luar sana, meskipun bukan anak atau adik sendiri. Biasanya, kalau lihat anak sehat, biasa aja. Sekarang jadi suka nyeletuk, Alhamdulillah dia jadi anak yang sehat. Keempat, belajar tentang pengorbanan orang tua khususnya ibu. Bagaimana orang tua sangat rela berkorban ketika anak sakit. Khususnya bagi anak dengan penyakit-penyakit tertentu. Lelahnya menjaga dan merawat anak sakit. Setiap tiga jam harus memberikan susu, ganti diapers, dan seringnya sedikit tidur. Kadang suka memperhatikan raut wajah mereka semua dan ingin bertanya bagaimana perasaan dan apa yang sedang dipikirkan. Secara tidak langsung, mereka semua memberikanku gambaran tentang keikhlasan perjuangan orangtua ketika anaknya sedang sakit. Dan mungkin masih banyak hal yang bisa dipelajari kalau lebih direnungi lagi lebih dalam.

Belajar bukan hanya di lingkungan pendidikan. Guru bukan hanya untuk mereka yang punya titel profesi guru. Semua orang yang memberi pelajaran adalah guru. Jadi, semua pasien dan keluarga di bangsal anak adalah guruku. Mereka adalah oaseku di bangsal anak. Terima kasihku untuk Allah dan mereka yang mengajariku banyak hal. :") Semoga semua anak bisa sehat selaluuuu~~ Aamiin!


Cileungsi, 19 Juli 2019

Selasa, 11 Juni 2019

Pilih Jatuh Cinta atau Bangun Cinta?

Standard
Halo, readers! Mohon maaf lahir dan batin yaaa.. 😊

Ini adalah postingan pertamaku tentang asmara. Aku bukan pakar asmara. Sebagai manusia biasa, aku juga pernah jatuh cinta, sakit hati, dan menjalani proses yang namanya move on. Well, kata utama dalam tulisan ini adalah cinta. Cinta bermakna luas, ada cinta dengan Tuhan, makhluk hidup ataupun benda mati. Cinta yang ingin aku tulis adalah cinta dengan sesama insan manusia lawan jenis, pria dengan wanita, dan sebaliknya.

Suatu hari, aku sedang mendengarkan radio dan ada satu lagu yang diputar, judulnya Bangun Cinta oleh 3 Composers. Lalu, aku putar ulang di Yutub sembari menghayati lirik-liriknya. Responku saat itu adalah “Bener juga ya. Hmmm...”. Nah, yang penasaran, liriknya tuh begini.

Kata pujangga, cinta itu luka yang tertunda 
Walau awalnya selalu indah 
Bila bukan jodohnya siap-siap tuk terluka 
Kata pujangga, bangun cinta itu tak semudah tak secepat hati jatuh cinta 
Namun bila jodohnya kita pasti bahagia 
Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta 
Jatuh itu sakit, bangun itu semangat 
Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta 
Meski tak mudah namun cinta jadi  punya tujuan

Adakah yang setuju dengan pernyataan “lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta”?

Akuuuuuuu!! 🤗🤗🙋🙋

Aku punya beberapa alasan kenapa pilih bangun cinta. 

Based on my own experience, jatuh cinta dengan seseorang itu menyenangkan hati pada awalnya. Akan menjadi lebih menyenangkan jikalau seseorang tersebut merespon balik dengan perasaan yang sama. Lalu, muncullah terminologi pacaran atau teman tapi mesra atau hubungan tanpa status. 😁 dan mayoritas endingnya adalah sakit hati dalam bentuk putus dengan pacar, pacaran lama sama siapa, eh nikahnya sama siapa. Kalau kata banyak orang sih namanya jagain jodoh orang. Lalu kita harus move on karena life is go  on, ya kan? Ada yang move on nya cepat, ada juga yang bertahun-tahun baru berhasil move on atau bahkan sampai sekarang belum totally move on dari si Dia. Ehem. Akhirnya, membuang-buang waktu dengan sia-sia.

Buya Yahya membagi ilmu tentang proses mencintai seseorang dalam Islam. Ada empat tahap dalam proses mencintai seseorang. Pertama adalah tahap mengagumi. Yes, ada sesuatu yang membuat kita tertarik atau kagum. Kedua, tahap memiliki kecenderungan. Tahap ketiga, memutuskan AKAN mencintai diikuti tahap terakhir, yaitu mengabadikan cinta dengan pernikahan. Sekali aku hadir acara seminar pranikah, pembicara memberi pesan bahwa keputusan untuk menikah dengan seseorang sebaiknya pada saat tahap kecenderungan. Sebab, kalau sudah terlanjur cinta, manusia cenderung menjadi irasional dalam membuat keputusan dan dinamakan cinta buta.

Jika sudah terlanjur cinta, pilihannya adalah halalkan atau tinggalkan. Karena cinta tanpa tujuan pernikahan, pada akhirnya hanya syahwat semata dan berujung patah hati. Mungkin 1 banding 1000 kejadian jatuh cinta dan berlanjut bangun cinta dalam pernikahan. Tapi aku tim yang nggak mau lagi berani untuk hadapi sakit hati. Jadi, memilih bangun cinta daripada jatuh cinta.

In case pada akhirnya harus jatuh cinta, aku pilih nasihat “Jadikan akal menguasai perasaanmu. Jangan perasaanmu menguasai akalmu.”, untuk menata cinta sebelum jatuh terlalu dalam di waktu yang salah. Karena perasaan cinta dan kasih sayang juga anugrah dari Yang Maha Kuasa. 😙 Jadi, kamu pilih apa? Jatuh cinta atau bangun cinta? :)