Setengah tahun sudah, saya icip icip jadi santri. Ehm..gimana ya rasanya.. as you can read in the title of this post: Regretness alias penyesalan. Kok? Terus mau berhenti? Eits...
Jawaban lengkapnya yang sebenarnya adalah...saya menyesal, kenapa saya nggak mondok dr jaman dulu :( jaman pas masih SMP atau SMA gituuu.. That's what i feel! Dari postingan sebelumnya, which is saya masih baru icip-icip jadi santri selama sebulan, rasanya masih perasaan senang biasa aja. Nah, setelah 6 bulan ini, rasanya lebih dari itu. Kenapa? Karena sudah merasakan manfaat yang teramat banyak dari ilmu yang ada, bahkan masih banyaaaaaak banget ilmu yang belum dipelajari. I addicted!
Manfaatnya jadi santri itu.....banyak! Membentuk pribadi yang mandiri, belajar menerima keadaan yang sederhana, menjadi pribadi yang tawadhu dan hidup sederhana, khususnya yang paling penting adalah dipahamkan tentang agama. Sepengalaman pendidikan tentang agama sejak saya TK sampai kuliah, dari TK islam, SD negeri, SMP Negeri, Madrasah Aliyah, sampai Kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN), pemahaman agama terbaik yang saya peroleh itu didapat di pondok pesantren ini.
Jadi, selama 6 bulan yang telah berlalu, apa yang sudah diperoleh? Banyak! Pertama, lebih dikuatin tentang rukun islam, khususnya pada poin tentang sholat. Di pondok amat sangat menekankan terkait implementasi syarat sahnya solat, rukun solat, hal yang membatalkan solat, termasuk rukun wudhu, hal yang membatalkan wudhu, dan bacaan sholat. Tentang najis, cara membersihkan najis, dsb. Well, dari jaman saya sekolah TK sampai kuliah, materi itu udah pernah diajarin. Tapi rasanya lain. Kurang ada penekanan kalau aspek itu tuh penting banget.
Kedua, bacaan Qur'an. Dari jaman saya TK sampai kuliah, ada pelajaran tajwid sih, tapi praktik pemahamannya kurang. Kalau nggak belajar lagi di luar sekolah formal, mungkin nggak banyak ngerti soal tajwid.
Ketiga, dipahamkan soal problematika darah wanita, dalam hal ini adalah haid/menstruasi. Anyway, pelajaran tentang menstruasi yang pernah saya pelajari cuma ada di biologi jaman SMA dan di masa kuliah (maklum, jurusan keperawatan). Lain halnya di pondok. Perspektif pengetahuannya lebih kepada hukum masa suci-tidaknya. Dan ini ternyata penting banget buat para kaum hawa. Salah satu faktor banyaknya kaum hawa sebagai penghuni neraka nanti karena kurang hati-hati terkait masalah ini. Kok bisa? Ya bisa. Soalnya masa suci setelah haid berpengaruh kapan boleh solat dan puasa. Apakah ada yang harus di qadha shalatnya atau puasanya karena masalah istihadhoh (darah selain haid dan nifas). Well, hukum-hukum istihadhoh ini banyak! Dan seharusnya diketahui oleh kaum hawa. Pengetahuan ini, nggak ada di pendidikan formal selain di pondok pesantren (cmiiw).
Keempat, belajar nahwu shorrof dengan metode yang mudah dipahami dan kitab kuning. Ilmu nahwu shorrof adalah alat untuk bisa memahami grammatical bahasa Arab, yang secara nggak langsung sama dengan belajar bahasa Al-Qur'an. Kalau sudah mahir nahwu dan shorrof, insyaAllah bisa baca kitab gundul/kitab kuning/ kitab yang gak ada harakatnya. Dan dari banyaknya ilmu-ilmu lain ada di kitab tersebut. Misalnya: Kitab Fathul Qarib tentang ilmu Fiqih, kitab Risalatul Mahid tentang problematika darah wanita, Kitab Ta'limul muta'allim tentang Adab mencari ilmu, dsb. Kalau sekarang sudah banyak kitab yang diterjemahkan, misalnya kitab Tafsir Jalalain, Kitab AlHikam, dsb. Banyak banget kitab-kitab lainnya yang bukan hanya soal ilmu fiqih, tauhid, bahkan tentang bisnis, kesehatan juga ada. Di pondok pesantrenlah tempatnya bagi kamu yang mau banget mendalami ilmu-ilmu terasebut, karena memang masuk ke dalam kurikulum pendidikan pesantren (khusus pesantren salafiyyah) yang mempelajari kitab kuning.
Dan masih banyak lagi! That's why I called my regretness. Di usia yang sudah bukan lagi remaja alias dewasa ini, rasanya ingiiiiin banget paham semua-muanya, tapi rasanya membutuhkan waktu yang lama. Which is saya harus menerima dan mengakui bahwa usia ini sudah harus berpikir tentang karir dan masa depan kelak alias pernikahan dan soal keturunan (uhuk). Makanyaaaaa, saya menyesal kenapa mondoknya nggak dari dulu yaaaa? Hahahaha! Sampai pada kesimpulan dari hasil perenungan yang cukup visioner, yaitu kalau nanti punya anak (aamiin), pokoknya dia harus pernah jadi santri! Atau kalau nanti cari menantu, kalau bisa yang backgroundnya anak santri. Hahaha (Terlalu visioner ya, ya ampun. Nikah juga belum. :'D). Tapi yang paling penting sih, di mana aja bisa belajar untuk meningkatkan pemahaman agama dan yang nggak kalah pentingnya adalah implementasi! Percuma kalau paham sebanyak kitab-kitab yang ada tapi implementasinya nol. Bahkan, slogan dari pondok tempat saya belajar : "Kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan", yang penting akhlak, itu maksudnya.
Yaudah, sekian. Semoga berfaedah. Hehe..