Jejaringku!

Selasa, 11 Juni 2019

Pilih Jatuh Cinta atau Bangun Cinta?

Halo, readers! Mohon maaf lahir dan batin yaaa.. 😊

Ini adalah postingan pertamaku tentang asmara. Aku bukan pakar asmara. Sebagai manusia biasa, aku juga pernah jatuh cinta, sakit hati, dan menjalani proses yang namanya move on. Well, kata utama dalam tulisan ini adalah cinta. Cinta bermakna luas, ada cinta dengan Tuhan, makhluk hidup ataupun benda mati. Cinta yang ingin aku tulis adalah cinta dengan sesama insan manusia lawan jenis, pria dengan wanita, dan sebaliknya.

Suatu hari, aku sedang mendengarkan radio dan ada satu lagu yang diputar, judulnya Bangun Cinta oleh 3 Composers. Lalu, aku putar ulang di Yutub sembari menghayati lirik-liriknya. Responku saat itu adalah “Bener juga ya. Hmmm...”. Nah, yang penasaran, liriknya tuh begini.

Kata pujangga, cinta itu luka yang tertunda 
Walau awalnya selalu indah 
Bila bukan jodohnya siap-siap tuk terluka 
Kata pujangga, bangun cinta itu tak semudah tak secepat hati jatuh cinta 
Namun bila jodohnya kita pasti bahagia 
Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta 
Jatuh itu sakit, bangun itu semangat 
Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta 
Meski tak mudah namun cinta jadi  punya tujuan

Adakah yang setuju dengan pernyataan “lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta”?

Akuuuuuuu!! 🤗🤗🙋🙋

Aku punya beberapa alasan kenapa pilih bangun cinta. 

Based on my own experience, jatuh cinta dengan seseorang itu menyenangkan hati pada awalnya. Akan menjadi lebih menyenangkan jikalau seseorang tersebut merespon balik dengan perasaan yang sama. Lalu, muncullah terminologi pacaran atau teman tapi mesra atau hubungan tanpa status. 😁 dan mayoritas endingnya adalah sakit hati dalam bentuk putus dengan pacar, pacaran lama sama siapa, eh nikahnya sama siapa. Kalau kata banyak orang sih namanya jagain jodoh orang. Lalu kita harus move on karena life is go  on, ya kan? Ada yang move on nya cepat, ada juga yang bertahun-tahun baru berhasil move on atau bahkan sampai sekarang belum totally move on dari si Dia. Ehem. Akhirnya, membuang-buang waktu dengan sia-sia.

Buya Yahya membagi ilmu tentang proses mencintai seseorang dalam Islam. Ada empat tahap dalam proses mencintai seseorang. Pertama adalah tahap mengagumi. Yes, ada sesuatu yang membuat kita tertarik atau kagum. Kedua, tahap memiliki kecenderungan. Tahap ketiga, memutuskan AKAN mencintai diikuti tahap terakhir, yaitu mengabadikan cinta dengan pernikahan. Sekali aku hadir acara seminar pranikah, pembicara memberi pesan bahwa keputusan untuk menikah dengan seseorang sebaiknya pada saat tahap kecenderungan. Sebab, kalau sudah terlanjur cinta, manusia cenderung menjadi irasional dalam membuat keputusan dan dinamakan cinta buta.

Jika sudah terlanjur cinta, pilihannya adalah halalkan atau tinggalkan. Karena cinta tanpa tujuan pernikahan, pada akhirnya hanya syahwat semata dan berujung patah hati. Mungkin 1 banding 1000 kejadian jatuh cinta dan berlanjut bangun cinta dalam pernikahan. Tapi aku tim yang nggak mau lagi berani untuk hadapi sakit hati. Jadi, memilih bangun cinta daripada jatuh cinta.

In case pada akhirnya harus jatuh cinta, aku pilih nasihat “Jadikan akal menguasai perasaanmu. Jangan perasaanmu menguasai akalmu.”, untuk menata cinta sebelum jatuh terlalu dalam di waktu yang salah. Karena perasaan cinta dan kasih sayang juga anugrah dari Yang Maha Kuasa. 😙 Jadi, kamu pilih apa? Jatuh cinta atau bangun cinta? :)