Terik matahari membuat logika mendidih, dan bertanya-tanya
Aku ini milik siapa?
Apakah orang tuaku memilikiku?
Saat bayi baru saja melihat dunia,
Apakah perempuan yang telah melahirkan lantas memiliki bayi itu?
Saat beranjak dewasa, kemudian terjadi akad diantara dua manusia dalam wujud pernikahan,
Apakah kemudian suami menjadi milik istri dan istri milik suami?
Saat telah menjalani kehidupan sekian lamanya, kerutan wajah semakin tampak dan usia tak lagi muda,
Apakah seorang nenek dan kakek milik cucu dan sebaliknya?
Atau..bahkan pertanyaan ini menjadi
Apakah aku dimiliki aku?
Jika dunia ini mengenal hukum sebab - akibat,
Maka rasa "kepemilikan" akan menghadirkan rasa "kehilangan"
Logika ini mendidihkan nyala nurani
Lalu berkata,
Ternyata,di dunia ini tidak ada yang saling memiliki, selainNya
Maka, kata "kehilangan" berubah menjadi "pengembalian",
Seperti yang tertulis, Innaalillahi wa innaa ilaihi rajiun
"Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepadaNyalah kami kembali"
Lalu, untuk apa merumitkan sesuatu yang bukan milik?
Maka tak seharusnya ada "perebutan" sesuatu/sesiapa dari sesiapa
Bahwa akupun tidak dimiliki oleh diriku
Satu yang pasti, Aku, milikNya..
3 September 2020
Cileungsi