Satu bulan lamanya, Aku 'dititipkan' bersama 10 teman lainnya di desa yang sama. Desa itu bernama Tanjung Damai. Sebelum sampai lokasi, Aku melayangkan imajinasiku tentang desa ini. Sepertinya desa ini dekat pantai, karena namanya mengandung kata "Tanjung". Kalau mengingat materi IPS waktu SD, katanya sih Tanjung itu kan artinya daratan yang menjorok ke laut. Jadi, wajar kan kalau berasumsi demikian? Penasaran terus berlanjut. Biasanya mbah google punya semua jawaban pertanyaan. Eh, pas searching dengan keyword "tanjung damai, Riau", nggak ada tuh gambaran desanya. Adanya hanya gambar bapak-bapak yang mungkin itu lagi ada acara di desa Tanjung Damai. Nggak muncul pemandangan desa tok. Eh, tapi dapat gambar plang SDN 20 Tanjung Damai di google. Ini dia! Ya, cuma ini dan kurang memberikan gambaran lokasi desa. -____-
Terus, coba searching di google maps. Kalau lihat dari panah lokasinya sih....jauh dari laut ternyata. Akhirnya, berhenti dan memutuskan untuk menerima apa adanya.
Setelah sampai di desa........
Desa Tanjung Damai merupakan desa yang sangat rapi tata kelola desanya!!
Kalau dari segi geografisnya, Desa Tanjung Damai berbatasan langsung dengan beberapa desa lainnya
diantaranya, Desa Sumber Jaya di sebelah utara, Langkat di sebelah selatan,
Lubuk Gaung di sebelah Timur dan desa Sungai Linau di sebelah baratnya. Total luas wilayah desa Tanjung Damai adalah
2000 ha/m2, dengan luas wilayah pemukiman sekitar 54 ha/m2,
175 ha/m2 wilayah persawahan, 1749 ha/m2 luas perkebunan,
dan luas wilayah prasarana umum desa sekitar 21 ha/m2. Dengan kendaraan bermotor, desa Tanjung Damai
dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dari ibukota kecamatan Siak Kecil (sumber: data dari Balai Desa).
Desa Tanjung Damai terdiri atas lima dusun diantaranya adalah Sumber
Agung, Sumber Rejeki, Sumber Makmur, Sumber Sumber Rejo, dan Sumber Sari. Desa ini memiliki Kantor desa, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), sekolah dasar (SDN 20 Tanjung Damai), TK dan PAUD (TK. Tunas Harapan), Posyandu, Masjid, Mushola, dan lapangan. Desa dengan jumlah penduduk 340 KK ini mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Hal ini karena desa Tanjung Damai adalah salah satu desa eks transmigran pada tahun 1982.
desa ini bernama Siak A Absen. Desa ini memiliki pengalaman pahit karena sering terjadi pencurian dan tidak adanya kedamaian di lingkungan desa. Masyarakat mencita-citakan desa yang damai, sehingga muncullah gagasan kata 'damai' untuk dijadikan nama desa ini. Kemudian, terdapat sebuah sungai yang jika dilihat serupa dengan tanjung sehingga tercipta nama Tanjung Damai dan masyarakat sepakat dengan nama tersebut dengan harapan desa akan menjadi damai. Sungguh, kini (2015) desa ini memang sangatlah damai selama aku dan teman-teman melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sini.
Desa Tanjung Damai juga memiliki banyak lembaga masyarakat. Beberapa lembaga yang kuketahui diantaranya adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Lembaga Adat Melayu (LAM), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Masyarakat Peduli Api (MPA), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Tani, Kelompok Usaha Bersama (Kube), Karang Taruna, Kelompok wirid dan yasinan, dan lain-lain. Secara pribadi, beberapa nama lembaga tersebut merupakan nama yang asing di telingaku. Inilah yang bisa menjadi kunci jika melaksanakan kegiatan bermasyarakat. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan di perkotaan, individualis meski rumah sudah tidak memiliki jarak lagi karena memiliki kesibukan masing-masing.
Terima kasih, Tanjung Damai. Kau dan seluruh alam telah menerimaku dan teman-teman. Damai nian tempatmu, sesuai dengan apa yang kau sandang. Semoga Tuhan selalu melindungi alam dan seluruh isinya dan menjauhkanmu dari bencana asap. Selamat bertumbuh dan berkembang menjadi desa yang maju! :)
sekolah dasar, TK, dan PAUD |
Awalnya, pada tahun 1982,
Poskesdes & Lapangan |
Pemandangan desa juga indah, namun agak berbeda jika dibandingkan dengan pemandangan di Jawa. Sejauh mata memandang, yang paling sering terlihat adalah pohon sawit. Ya, memang sawit merupakan sumber perekonomian utama bagi masyarakat desa. Namun, tidak hanya sawit, banyak pula pohon yang berbuah seperti rambutan, mangga, nangka, cempedak, pisang, apel, lengkeng, jeruk, jambu, kelapa, dll. Adapula pohon pinang, tanaman obat, serta bunga-bunga-an. Masyarakat desa begitu mencintai kegiatan berkebun. Pada saat pelaksanaan KKN, pohon rambutan semua sedang berbuah. Alhasil, hampir setiap hari kami makan buah rambutan dari rumah-rumah warga. Indahnya hidup di desa, meski listrik hanya ada dari pukul 18.00-06.00.... :3
Masjid & Mushola |
Balai Desa |
Wah kak iin blogger hebaaat \m/
BalasHapusEh ada qaqa Nico. Makasih dah mampir. Yuk, menulis! Haha :3
BalasHapus