Jejaringku!

Kamis, 26 Maret 2020

Ruang Diskusi #1


Dua Sisi Kehidupan

Mengapa kura-kura tidak pernah bimbang ketika dia bisa hidup di dua alam, daratan dan perairan?

Kemudian aku berpikir,

Bisakah menikmati lagu "Munajat Cinta" dan murottal Q.S Al-Furqan ayat 74 secara bersamaan?

Bisakah hidup seperti kura-kura, dapat menikmati dua sisi alam yang berbeda tanpa perlu bimbang?

Seperti menikmati alunan musik dan makna dari lagu "Jika Surga dan Neraka tak pernah ada" ?

Bagaimana mungkin bisa menyelaraskan keinginan hawa nafsu untuk menikmati kehidupan dunia dan suara hati yang ingin menjalani kehidupan dengan tasawwuf?

Bagaimana bisa seorang hafidz Al-Qur'an mempunyai hobi mendengarkan musik?

Haruskah kita tinggalkan salah satunya dalam menjalani hidup?

Ekspektasi berkata bisa menjalani keduanya, namun akal berkata hal itu tidak mungkin terjadi. Apakah hal ini sama dengan pertanyaan : "Bagaimana bisa menyeimbangkan dunia dan akhirat dalam kehidupan kita?"

Adakah yang bisa memberikan pandangan lain tentang hal ini? Tolong berikan pandanganmu melalui komentar di bawah ini. 



Terima kasiiiiiiiiih



tertanda,


manusia ulung yang suka overthinking

Rabu, 04 Maret 2020

Bintang Kecil






Bintang kecil, di langit yang biru
Amat banyak, menghias angkasa
Aku ingin, terbang dan menari
Jauh tinggi, ke tempatmu berada

Ku temui satu bintang di tempatku bekerja
Dia tidak di langit angkasa
Dia juga tidak menghias angkasa
Dia berteman dengan pangeran kecilku
Dialah si bintang kecil

Kau masih ingat dengan pangeran kecilku?
Ku rasa, dia sudah amat sangat tenang di sana
Kini, aku bertemu bintang kecil
Serupa, tapi tak sama
Mereka sama-sama spesial

Kalau kau lihat senyumnya, runtuh seisi hati
Kalau kau tatap matanya, bulir air akan jatuh dari mata
Kalau kau perhatikan tingkahnya, sungging bibirmu akan membuncah
Kalau kau lihat air matanya, hatimu ingin memeluknya
Dialah si bintang kecil

Hei, bintang kecil, tetaplah bersinar
Aku tau, kau sekuat pangeran kecilku
Kau mampu melewati masa kritis itu bukan?
Meski kau merasa tiada lagi pelukan ibu untukmu setelahnya
Serta tiada lagi sumber air susu ibu bagimu
Semoga pada waktunya nanti kau akan bertemu di surga sana

Hei, bintang kecil, bersemangatlah
Tenanglah, kau masih memiliki pelukan seorang ayah
Ayah yang selalu berjuang untukmu
Aku menjadi saksi atas sebagian perjuangan dan kelelahannya

Hei, bintang kecil, tetaplah tersenyum
Inilah dunia, yang hanya sementara
Kau amat disayang Tuhan, Nabi, dan seluruh umat
Kau selalu dalam lindunganNya
Kilaukan sinarmu, jangan biarkan ia redup di tengah kehidupan

Aku dan Bintang Kecil






Minggu, 01 Maret 2020

Penghujung Februari



Sunyi, itulah aku
Malam, itulah aku
Senyap, juga itulah aku
Hening, itu juga aku

Katanya, menulis adalah obat
Menulis juga mengekspresikan emosi
Setiap kata dalam tulisan adalah penawar
Malam, hening, dan sunyi adalah sahabatnya
Maka, menulis juga adalah aku

Lantas, siapakah aku?
Akupun bertanya, siapa aku?
Untuk apa eksistensiku?
Untuk apa jiwaku?
Pertanyaan yang sebetulnya bisa kujawab
Aku adalah abdi Tuhanku
Aku ada untuk mengabdi padaNya

Tak ada yang khusus pada penghujung Februari
Hanya sebagai pengingat bahwa kesempatan hidupku telah berkurang
Selebrasi dan kata-kata sudah tak lagi bermakna
Tak ada pula yang ditunggu seperti saat remaja
Hanya aku, jiwaku, dan Tuhanku
Sampai jumpa, penghujung Februari~