Sabtu, 02 Mei 2020

Selamat Datang di IGD!

Standard



Assalamualaikum kawans.. Alhamdulillah berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan meskipun dalam keadaan pandemi Covid-19.

Pada saat yang sama pula, seperti biasa, diriku ingin merekam jejak kehidupan yang fana ini. Ya, barangkali ada manfaat yang bisa dipetik.. 

Di tengah pandemi Covid-19 ini, genap setahun sudah aku menjadi perawat di sebuah instansi pelayanan kesehatan di pusat kota Jakarta. Secara tidak kebetulan, tempatku bekerja kini ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta. Aku ingin mengatakan, "Bersemangatlah dan teruslah berjuang" untuk teman-teman sejawat. Aku juga sungguh ingin mengatakan "Terima kasih" yang sebesar-besarnya atas semua perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap para tenaga kesehatan. Beragam bentuk perhatian, seperti Alat Pelindung Diri (APD),  akomodasi hotel, transportasi, video/karya musik sebagai apresiasi, makanan sehat, vitamin, kopi, susu, madu, jamu, dan semuanya yang bertujuan untuk membantu menjaga stamina dan kesehatan kami, para tenaga kesehatan yang bersinggungan langsung dengan virus bernama Corona. 

Genap setahun sudah menjalani hidup sebagai perawat, lebih tepatnya adalah perawat anak. (Baca tulisan sebelumnya : Menemukan Oase di Bangsal Anak). Seringkali kita menemukan plot twist dalam kehidupan. Plot twist kali ini adalah wabah Covid-19 dan pemindahanku dari bangsal anak menjadi unit gawat darurat alias IGD. Adalah sebuah tantangan baru saat menjadi perawat garda terdepan ketika wabah Covid-19 sedang terjadi. Risiko menjadi lebih besar saat bekerja di IGD dibandingkan dengan unit sebelumnya. Ritme dan rekan kerja menjadi berubah. Sebagai perawat memang harus siap ditempatkan di unit yang dibutuhkan ketika terjadi kejadian luar biasa, baik wabah seperti saat ini ataupun kecelakaan besar yang memakan banyak korban. 

Kini sudah hampir genap sebulan aku menjadi perawat di unit IGD. Aku jadi teringat pada momen wawancara saat seleksi pekerjaan ini. Saat itu, pewawancara bertanya, "kamu inginnya ditempatkan di mana?". Aku langsung menjawab, "saya maunya di IGD karena bisa mengasah kemampuan saya". Katanya, jawaban itu adalah jawaban mainstream dan idealis para perawat saat wawancara rekrutmen pegawai baru. Haha.. Pada akhirnya, takdir berkata aku harus ditempatkan di bangsal anak. Ketika aku sudah sangat nyaman menjalani hidup sebagai perawat anak,  keinginanku yang dulu baru terwujudkan olehNya. Sungguh sangat belum aku mengerti tentang skenario hidup ini. Tapi, hal yang kuyakini adalah sesuatu yang kita inginkan memang belum tentu yang kita butuhkan. Allah jugalah sebaik-baiknya perencana.

Bekerja di bangsal anak dan IGD sangatlah berbeda. Aku harus mengganti mindset bekerja di ruang perawatan menjadi bekerja saat kejadian emergency. Saat di ruang perawatan, mayoritas pasien dalam keadaan stabil meskipun terkadang juga menemukan kondisi/kasus emergency.  Fokusnya adalah life rehabilitation dan menjaga keadaan pasien menjadi lebih stabil. Berbeda halnya saat di IGD, kita harus selalu siap memberikan tindakan dengan protokol gawat darurat, dengan cepat, tepat, dan akurat karena fokusnya adalah life saving, menyelamatkan nyawa dan mencegah bertambahnya kerusakan fungsi tubuh. Personally, bekerja di bangsal anak sangat memuaskan sisi emosional karena pasien-pasien anak sangat memberikan hiburan tersendiri. Sedangkan di IGD memberikan kepuasan di sisi lainnya, yaitu sisi intelektual karena dituntut berpikir dan bertindak kritis, cepat, dan tepat.

Di tengah pandemi Covid-19, sebagai perawat IGD, pesanku untukmu, kalau bukan kasus emergency dan jika sangat tidak terpaksa sebaiknya hindari  IGD rumah sakit, terlebih lagi rumah sakit rujukan Covid-19. Lebih baik mendatangi pelayanan kesehatan dengan jenjang dari puskesmas, poliklinik terkait di rumah sakit tipe D, C, B, atau A. Jika memang sangat terpaksa datang ke IGD karena kasus emergency seperti sesak berat, nyeri dada menjalar ke punggung/nyeri dada dengan riwayat sakit jantung, pasien tidak sadarkan diri, dan kasus dehidrasi, kejang atau demam lebih dari 3 hari pada anak, pilihlah IGD rumah sakit yang bukan rujukan Covid-19, kecuali jika memang mengenai keluhan terkait Covid-19 seperti demam disertai sesak napas, mual/muntah, mencret dengan riwayat bepergian ke zona merah dan kontak dengan Covid-19. Untuk kondisi stabil namun memiliki keluhan merujuk pada Covid-19 pun dapat mendatangi poliklinik ODP/PDP pada rumah sakit rujukan Covid-19. 


Berikut adalah list rumah sakit rujukan Covid-19 secara nasional versi Kemenkes dan di Jakarta dengan tambahan dari SK Gubernur DKI Jakarta.



Stay safe everyone.  Jaga jarak aman 1 meter, stay at home, jika harus bepergian keluar rumah pakailah masker, jaga kebersihan tangan, dan jaga stamina tubuh dengan makan teratur dan yang sehat, banyak makan buah dan sayur, jika perlu konsumsi vitamin tambahan, dan jangan lupa bahagia! Selamat menjalankan ibadah puasa.. 




Jakarta, 2 Mei 2020
D'Arcici Al Hijra

1 komentar :

  1. Lama ga ada kabar. Dan kaya menghilang ditelan bumi dirimu hehe.

    Sekarang dinas di IGD. Good luck & stay safe. ��

    BalasHapus

Yuk, berikan komentarmu! :D No spam comment yaaaaa..