Minggu, 27 Desember 2020

Titik Langkah

Standard




Pernahkah kamu berhenti sejenak dalam sebuah perjalanan?

Pada satu titik, langkah terhenti

Seketika ada rasa ingin mundur

Seketika pula berdesir rasa untuk melangkah maju


Kemudian menghela napas panjang,

Menyadari bahwa kamu menghadapi satu persimpangan,

Dan menghantuimu dengan segala rasa ketidakpastian

Juga terpaksa untuk membuat sebuah pilihan

Jalan mana yang kemudian kan dipilih?

Risiko apa yang harus dihadapi?

Baikkah itu untukku?

Burukkah itu untukku?

Lalu, semua itu akan bermuara pada : "Bagaimana menurutNya?"


Terkadang, hidup itu terkesan bagai perjudian

Kadang merasa beruntung, kadang pula naas

Tapi Dia mengingatkan bahwa dunia adalah permainan, tempat senda gurau

Lalu, mengapa kita harus terlalu serius meratapinya?


Pada satu titik langkah,

Hidup itu semudah melakukan napas dalam secara spontan,

Cukup dijalani pada satu tarikan napas dan disyukuri setiap hembusannya,

Meski terkadang manusia itu sendiri yang membuatnya rumit bagai puting beliung.


Cileungsi,

27 Desember 2020

Selasa, 15 Desember 2020

My Sincere Apology

Standard

 



Di tengah sunyinya malam, semua terasa jernih
Satu kata yang menguasai kejernihan ini adalah "Maaf"
Aku tahu, ini bukan momen idul fitri
Juga bukan momen yang lazim untuk saling memaafkan
Namun, dengan penuh kesadaran,
Ingin kusampaikan permohonan maafku untuk mu,

Untuk mu, wahai Tuhanku,yang Maha Segalanya..
Atas segala kelalaianku,
Iman yang selalu naik dan turun,
Selalu meminta tanpa tahu diri,
Maafkan..

Untuk mu, diriku sendiri..
Yang berulang kali melakukan kesalahan,
Yang berulang kali ingkar janji,
Juga yang kadang menyalahkan diri sendiri,
Maafkan..

Untuk mu, Bapak dan Mama..
Atas segala keterbatasanku,
Ketidakmampuanku dalam menemukan "titik temu",
Yang mungkin juga kadang berat sebelah,
Juga belum maksimal menjadi anak yang berbakti,
Maafkan..

Untukmu, kerabat dekat..
Atas kehadiranku,yang mungkin antara ada dan tiada,
Presensiku yang hilang timbul,
Seperti singa yang terjebak dalam kandangnya,
Rasa malu yang lebih besar untuk sekadar mengatakan "Hai, apa kabar?"
Maafkan..

Untukmu, guru..
atas segala kelancangan diri dalam bersikap,
yang lebih percaya pendapat sendiri dan mengesampingkan nasihatmu,
Segala keluhan dan rintihan terhadap perintahmu,
Maafkan..


Untukmu, partner hidup..
atas kurangnya kepekaan,
segala arogansi dan ekspektasi,
juga inkonsistensi upaya diri,
Maafkan..


Untukmu, sahabat, kakak,teman-teman, rekan kerja..
Canda-tawa yang mungkin menyakiti hati,
lancangnya diri dalam bersikap,
lenturnya lidah dalam berkata-kata,
kurangnya akhlak dalam bersikap,
Maafkan...

Aku tidak tahu kapan napas ini terhenti,
juga tidak tahu bagaimana aku akan mati..
apakah sempat mengucapkan permohonan maafku?
aku tidak tahu..
aku hanya ingin menyampaikan,
aku telah dan akan melepaskan segala rasa sakitku terhadapmu,
maka aku berharap kamu juga melepas segala rasa sakit yang disebabkan karenaku..
Agar perkara ini hanya tersisa antara Aku dan Tuhanku..
Maafkanlah aku..



Cileungsi,
15 Desember 2020

Rabu, 02 Desember 2020

Dede Ganteng

Standard

 


Dede Ganteng


Wajahnya pucat pasi, 

Terkadang kulitnya tampak menguning, 

Rumah sakit menjadi destinasinya setiap bulan, 

Sebab transfusi darah adalah makanan pokoknya yang kedua, 

Thalasemia lekat dalam tubuhnya, 

Jalan hidupnya harus bergantung pada darah orang lain, 

Sudah puluhan kali dan harus berdamai dengan tusukan jarum suntik, 

Kala itu, saat akan melakukan transfusi, ku tanya.. 

Siapa namanya? 

Dia menjawab, 

Dede anteng (baca : ganteng). ☺


NB : Yuk, donor darah!  Banyak penderita Thalasemia yang membutuhkan darah kita. Tulisanku tentang Thalasemia bisa di baca di sini --> Setetes Darah, Kehidupan Bagi Penderita Thalasemia. ☺