Kamis, 30 Januari 2020

Hikayat Shalihin

Standard

HIKAYAT SHALIHIN


Judul buku : Hikayat Shalihin
Pengarang : Muhsin Basyaiban & Zaky Amrullah
Penerbit : Penerbit Layar
Tahun terbit : Desember 2018
Tebal buku : 196 halaman
Harga buku : Rp 59.000


"Jika kamu mencintai orang-orang shaleh, maka ketahuilah bahwa di dalam dirimu ada kebaikan, dan jika orang-orang shaleh mencintaimu maka ketahuilah bahwa di dalam dirimu ada sirr." (Kalam Shalihin)

Resensi ketigaku terhadap buku terbitan Penerbit Layar. Buku ini berisi 40 kisah orang-orang shaleh yang jarang terjadi. Alhamdulillah, setelah sekian lama mencari buku yang menyajikan kisah teladan para salafusshaleh...dijodohkan dengan buku ini. Semua kisah yang disajikan penulis memberikan ibrah/pelajaran berharga kepada para pembaca. Berikut 40 judul kisah yang disajikan penulis:

Kisah 1. Suatu yang membedakan di hadapan Allah adalah ketakwaannya
Kisah 2. Anjuran untuk meminta doa kepada sang waliyullah
Kisah 3. Keberkahan orang shaleh
Kisah 4. Waspadalah Murka Allah sebab maksiat yang kita lakukan
Kisah 5. Pentingnya untuk selalu berupaya khusyu' dalam shalat
Kisah 6. Bahaya dosa perzinaan
Kisah 7. Mengingat kematian
Kisah 8. Pentingnya menjaga niat
Kisah 9.  Wanita shalehah yang berbicara hanya dengan Al-Qur'an
Kisah 10. Pentingnya shalat berjama'ah dan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi
Kisah 11. Tentang shalat malam
Kisah 12. Penulisan kitab "Aqidatul Awwam"
Kisah 13. Penyebab terhalangnya rahmat dan anugerah Allah
Kisah 14. Ajakan mencintai Ahlul Bait tanpa terkecuali
Kisah 15. Pentingnya Akhlak Iffah
Kisah 16. Sebab bersihnya hati ucapan menghujam ke setiap pendengarnya
Kisah 17. Pentingnya musyawarah  ketika menghadapi persoalan
Kisah 18. Tentang suami-istri
Kisah 19. Bersikaplah Qana'ah dalam menjalani hidup
Kisah 20. Contoh Akhlak Salafush Shaleh
Kisah 21. Akibat tidak punya rasa hormat kepada para wali Allah
Kisah 22. Beradablah kepada guru meski sedikit atau banyaknya ilmu yang diajarkannya
Kisah 23. Pentingnya sikap wara'
Kisah 24. Pentingnya beradab kepada guru
Kisah 25. Memuliakan anak yatim
Kisah 26. Doa yang mustajab
Kisah 27. Tentang firasat mukmin
Kisah 28. Dosa seorang yang suka mengadu domba
Kisah 29. Ajakan mencintai kaum shalihin
Kisah 30. Pentingnya punya rasa malu kepada Allah
Kisah 31. Perhatian Allah kepada para kekasihnya (Auliya' illah)
Kisah 32. Wasiat berharga dari sang khalifah
Kisah 33. Jangan pernah menganggap rendah seseorang
Kisah 34. Pentingnya memberikan pendidikan agama sejak dini
Kisah 35. Baik-buruknya perangai anak tergantung pula kepada orang tuanya
Kisah 36. Larangan mengungkit kebaikan
Kisah 37. Gunakanlah kenikmatan pemberian Allah dengan bijak
Kisah 38. Jadilah hakim yang Adil
Kisah 39. Bergaulah dengan kaum shalihin
Kisah 40. Perhatikanlah penyakit hati yang ada pada diri kita

Aku mengutip beberapa kalam shalihin dari beberapa kisah di atas, yaitu 

"Obat hati ada lima: membaca Al-Qur'an dengan merenungkan isinya, mengosongkan perut, bangun malam, bermunajat di waktu sahur, dan berkumpul dengan kaum shalihin. "(Kisah 27).

"Wahai Amirul Mukminin! Apakah seorang anak mempunyai hak dari ayahnya? Sayyidina Umar menjawab, "Iya, haknya adalah memilih calon ibu, artinya tidak menikah dengan perempuan hina, agar anak tidak mendapat dampak buruk, kemudian memberikan anak dengan nama yang baik dan mengajarinya belajar Al-Qur'an." (Kisah 35)

"Penyakit jasad akan sembuh di saat mati menjemputnya, tetapi penyakit hati akan semakin terasa menyiksa saat di alam kubur nanti." (Kisah 40)

dan masih banyak lagi kalam-kalam yang menggugah hati untuk merenungi diri agar menjadi lebih baik dan meneladani kaum shalihin dalam setiap kisahnya.

Hal yang disukai dalam buku ini adalah penulis menyajikan fadilah dan hikmah pada setiap kisah, sehingga membuat pembaca menangkap pesan-pesan inti dari setiap kisah. Hal ini berkaitan dengan salah satu kekurangan buku ini, yaitu ada beberapa kisah yang alur ceritanya sulit dicerna untuk mendapat pesan/hikmah yang terkandung di dalam kisah tersebut. Dengan sangat baiknya penulis juga memberikan kesimpulan poin-poin tentang akhlak kaum shalihin yang dapat diteladani pada akhir bagian buku.

Personal Rate : 8/10

Available on podcast : #13 Hikayat Shalihin

Kamis, 23 Januari 2020

Suluk

Standard
RESENSI BUKU
SULUK




Judul buku : Suluk : Pedoman Memperoleh Kebahagiaan Dunia-Akhirat
Pengarang : Muhammad Ali Ba'athiyah
Penerbit : Penerbit Layar
Tahun terbit : Maret 2018, Cetakan ketiga
Tebal buku : 272 halaman
Harga buku : Rp 75.000



Suluk adalah jalan yang ditempuh oleh seorang mukmin yang dilaluinya, baik pada waktu malam, siang, dan pada seluruh waktu dan jam. Penulis menamai buku ini sebagai Pedoman dasar tentang perkara wajib yang harus dilakukan oleh setiap generasi islam. Buku ini  berisi pedoman-pedoman/adab sopan santun dalam menjalani kehidupan kita sehari-sehari sesuai Al-Qur'an dan As-sunnah. Penulis menyajikan beragam suluk/kumpulan adab yang dapat dijadikan dasar perilaku bagi setiap mukmin, yaitu suluk dalam masalah keimanan, suluk dalam anggota tubuh dan hati, suluk dalam tiang agama (shalat), dan suluk dalam keseharian.

Suluk dalam masalah keimanan meliputi suluk seorang mukmin kepada Allah, Nabi, kitab Allah, para sahabat Nabi, para ulama, para guru, para kerabat yang meliputi kedua orang tua, saudara dan sanak famili, kepada saudara sesama muslim, dan kepada non muslim. Penulis memaparkan bagaimana seharusnya seorang mukmin berperilaku terhadap semua aspek tersebut. Tidak heran mengapa buku ini disebut sebagai pedoman adab sopan santun. Misalnya saja, suluk kepada Allah berarti melakukan semua ketaatan kepada Allah disertai perasaan selalu diawasi oleh Allah, menjauhi berbuat maksiat disertai perasaan takut kepada Allah, selalu berpikir tentang kekuasaan Allah sampai kita tidak melupakan Allah sedikitpun. Contoh lainnya pada bagian suluk kepada kitab Allah, penulis menyebutkan bahwa setiap remaja wajib mengagungkan kitabullah dengan tidak meletakkannya di belakang punggung, di atas tanah sejajar dengan kaki tetapi hendaknya meletakkan al-Qur'an di tempat yang terangkat (tinggi) dan hendaklah tidak menjulurkan kaki ke arah al-Qur'an, semata-mata untuk memuliakan kitabullah. 

Bagian kedua dari buku ini membahas tentang suluk dalam anggota tubuh dan hati. Penulis membahas suluk terhadap mata, telinga, lisan, perut, kemaluan, kedua tangan dan kedua kaki. Pada bagian ini, penulis memaparkan bagaimana seharusnya anggota tubuh kita berfungsi sesuai Al-Qur'an dan As-sunnah. Bahwasanya semua anggota tubuh kita adalah salah satu dari nikmat yang besar dari beberapa nikmat yang telah dianugerahkan Allah agar dapat digunakan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri dan meningkatkan ketaatan kepada Allah. Tidak hanya itu, bagian ini juga memberikan kita ilmu tentang beberapa penyakit hati seperti sombong, riya', dengki, dan berburuk sangka.

Bagian ketiga adalah suluk dalam tiang agama. Penulis memaparkan tentang pentingnya kehusyu'an dan bagaimana cara membuat hati kita hadir sepenuhnya dalam setiap shalat yang dilakukan. Penulis juga menambahkan adab dan fiqih shalat meskipun tidak terlalu detil sebagaimana fiqih shalat yang ada dalam kitab-kitab fiqih namun cukup untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca.

Bagian keempat adalah suluk dalam keseharian. Suluk bagian ini meliputi adab berjalan, adab duduk, adab makan, adab makan bersama, adab tidur, adab bangun tidur, adab berpakaian, adab berkunjung dan meminta izin, adab menjenguk orang sakit, adab orang sakit, adab takziyah, adab orang yang tertimpa musibah, dan adab bersimpati mengucapkan selamat. Penulis juga menambahkan doa'-do'a yang dianjurkan untuk dibaca pada setiap adab keseharian tersebut sesuai kebiasaan Rasulullah SAW.

Kelebihan dari buku ini adalah penulis merupakan ulama besar dari Hadramauth dan tidak diragukan lagi keilmuannya karena menukil dari berbagai kitab ulama besar dan terdahulu seperti Bidayatul Hidayah, Adab ad dunya wa ad diin, dsb. Oleh sebab itu, isi dari buku ini juga tersajikan dengan banyak dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan topik yang sedang di bahas. Selain itu, pemilihan kata dan penggunaan bahasa dalam buku ini mudah untuk dipahami oleh para pembaca. Buku ini juga dapat dibaca acak, artinya pembaca boleh saja melompat pada bagian yang ingin dibaca sesuai pada daftar isi karena isi buku ini tidak bertautan satu dengan yang lainnya. Penulis juga memberikan kesimpulan pada setiap bagian suluk yang dibahas.

Kelemahan dari buku ini adalah bahwa pemilihan kata "remaja" yang dipakai dan ada beberapa bagian pembahasan yang menganggap pembaca dari sudut pandang laki-laki. Pemilihan kata "remaja" dalam buku, menurutku karena memang buku aslinya menggunakan bahasa arab dengan konteks "Abnaa'i" yang artinya bentuk jamak dari anak laki-laki. Padahal, isi dari buku ini tidak hanya untuk anak laki-laki atau remaja saja namun diperuntukkan semua umat muslim/ah.

Buku ini memiliki banyak ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga yang membaca buku ini dapat mengaplikasikan ilmu dari beliau meski perlahan namun istiqomah agar dapat menjadi pribadi muslim yang berakhlakul karimah.

Tersedia dalam podcast : Bookpodcasting : #5 Suluk

Personal Rate : 7/10

Selasa, 21 Januari 2020

Dosa (Batin) yang Tersembunyi

Standard
Dosa Batin yang Tersembunyi



Judul buku : Dosa (Batin) yang Tersembunyi

Pengarang : Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi

Penerbit : Penerbit Layar
Tahun terbit : Oktober 2019
Tebal buku : 111 halaman
Harga buku : Rp 45.000



Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh di dalam jasad ada segumpal daging, yang jika ia baik maka baik pula seluruh jasad tersebut, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad tersebut. Segumpal daging itu adalah hati."

Buku ini merupakan buku terjemahan yang berjudul asli Bathin al-Itsm: al-Khatr al-Akbar fi Hayah al-Muslimin. Pembahasan utama buku adalah mengenai dosa batin yang tersembunyi, sesuai judul bukunya. Penulis dengan sangat terstruktur dan sistematis serta dengan bahasa yang ringan dan lugas dapat membuat pembaca memahami alur pemikiran penulis terhadap tema yang dikupas. 

Dosa batin yang tersembunyi, adalah hawa nafsu. Penulis memaparkan dengan banyak bukti dari A-Qur'an dan Hadits yang membahas tentang urgensi pentingnya menyadari bahaya dosa batin ini. Penjelasan dalam buku sangat mampu membuat pembaca menyadari dan membuat pembaca melakukan refleksi diri terhadap topik utama yang dibahas. Tidak hanya pada tahap menyadarkan pentingnya permasalahan ini, penulis juga menyajikan solusi terhadap masalah. Solusi pertama adalah perenungan mengenai diri manusia dan tempat kembalinjya kelak, pengawasan Allah SWT kepada manusia alias instropeksi diri. Solusi kedua adalah membiasakan diri untuk selalu mengingat Allah dengan banyak berdzikir, wirid, tilawah Al-Qur'an. Solusi ketiga adalah memperbanyak doa dan permohonan serta merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Solusi keempat adalah menghindari memakan sesuatu yang haram.

Dalam penjabarannya, penulis menyertakan contoh-contoh yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga sangat mudah untuk dipahami dan diresapi sebagai bentuk refleksi diri. Hal yang menjadi poin lebih adalah penulis selalu menyertakan sumber Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan topik-topik pembahasan dengan sangat jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Pencantuman sumber-sumber tersebut tidak dapat diragukan lagi karena penulis buku ini merupakan ulama besar asal Turki yang menguasai ilmu tafsir.

Saat membaca buku ini, penulis seakan menaruh "ruh" pada setiap kata yang tertulis sehingga membuat pesan dari buku ini sampai ke dalam hati para pembaca. Selain itu, hal menarik lainnya adalah penutup dari buku ini. Penulis tidak menutup buku ini dengan kesimpulan yang biasa. Penulis menutup bukunya dengan sangat manis, mengajak para pembaca untuk berjanji melakukan perbaikan diri sesuai pesan-pesan yang disampaikan dalam isi buku dengan tajuk "Mari Kita Berpisah dalam Sebuah Perjanjian".

Kelemahannya adalah pembaca akan mendapat pemahaman secara utuh dalam buku ini hanya dengan membacanya secara urut dari awal hingga akhir. Jika dibaca dengan melompat-lompat maka kesinambungan dan pesan yang disampaikan penulis kurang bermakna.

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca bagi kaum muslimin karena menyangkut persoalan sehari-hari dan sangat penting sekali untuk menjernihkan kebersihan jiwa serta mampu memotivasi untuk meningkatkan iman. 

                                        Bookpodcasting : #2 Dosa (Batin) yang Tersembunyi bagian 2


Personal Rate : 10/10

Rabu, 15 Januari 2020

Ingatkah Akan Sumpahmu, Ners?

Standard
Hari minggu yang lalu, Aku mendapati kesempatan menyimak ceramah Aa Gym di Istiqlal. Temanya tentang Tauhid. Beliau menekankan pesan kepada kami, yang hadir saat itu, tentang pentingnya menghadirkan keyakinan salah satu sifat Allah, yaitu الشهيد, Allah Maha menyaksikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahwasanya Allah Maha menyaksikan setiap perbuatan manusia, dari keadaan yang gelap-terang, sembunyi-terang-terangan, kecil-besar. Semua perkara/masalah yang dihadapi tiap insan manusia, Allah Maha Tahu dan menyaksikan. Pertanyaan yang sepertinya memang perlu ditanyakan ke diri sendiri:

"Apakah Allah tau masalah kita?"
"Apakah Allah tau apa yang telah, sedang, dan akan kita perbuat? "
"Apakah Allah tahu isi hati kita?"

Tentu saja, jawabannya adalah Ya.

Al Buruj :9
.....والله علي كل شيءٍ شهيد (Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu)

An-Nisa:79
و كفي بالله شهيدا (dan cukuplah Allah yang menjadi saksi)

Al hajj: 17
ان الله علي كل شيءٍ شهيد (sungguh,  Allah menjadi saksi atas segala sesuatu)

An Nisa :1
ان الله كان عليكم رقيبا (sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu)

Al Ahzab :2
ان الله كان بما تعملون خبيرا (sungguh,  Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan)

Al Hadid:4
والله بما تعملون بصير (Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan)

Keyakinan bahwa Allah Maha menyaksikan segala sesuatu dalam hidup kita, akan menjadi rem paling penting untuk menimbulkan rasa takut dalam melakukan segala perbuatan tercela/maksiat. Ketika keyakinan ini tidak hadir dalam diri kita, maka indikator "saksi" perbuatan kita adalah manusia. Sehingga banyak menimbulkan excuse dalam berbuat hal yang tidak seharusnya. "Ah,  dia ga tau ini... "; "Ah, gak ada yang liat kok."; "Santai, gak ada yang tau.. ". Padahal, sejatinya Allah itu Maha menyaksikan dan malaikat siap sedia mencatat niat dan perbuatan tiap manusia..

Pesan ini membuatku refleksi diri sebagai individu dan khususnya dalam menjalani profesi sebagai perawat. Sebelum sah menjadi perawat, ada sumpah yang terucap. Berikut poin-poin sumpah yang telah diikrarkan. Dan aku termasuk salah satunya.



Berprofesi sebagai tenaga kesehatan itu sungguh tidak mudah. Karena pekerjaannya menyangkut aspek manusia secara holistik, yaitu biologis, sosial, spiritual, dan kultural. Dalam sumpahnya, yang menjadi nomor satu adalah perawat dituntut untuk memberikan pelayanan tanpa adanya perbedaan perlakuan. Semua SAMA, entah dia kaya/miskin, berpangkat/tidak, sesuku/tidak, dsb. Pada kenyataannya, isu itu pasti akan dihadapi. Akankah kita memperlakukan hal yang sama jika dihadapkan klien yang memiliki jabatan dan tidak? Sudahkah kita memberikan pelayanan dengan semestinya tanpa membedakan?

Hal ini membuat diriku berpikir akan pentingnya menanamkan mindset bahwa "Allah tuh lihat kamu lho." dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Pada akhirnya, kita akan berusaha melakukan yang terbaik. Hal ini juga berlaku pada semua jenis pekerjaan/profesi. Terlebih lagi pada profesi yang bersinggungan dan berdampak langsung dengan sesama makhluk.

Semoga kita menjadi pribadi yang amanah dan jujur dalam setiap niat dan perbuatan yang dilakukan dengan selalu ingat dan yakin bahwa Allah Maha Menyaksikan segala sesuatunya. Dan juga, setiap pekerjaan perlu diawali dengan basmalah serta perlu banyak istighfar untuk memohon ampun atas segala khilaf yang terjadi setiap harinya.

Wallahu a'lam...