Selasa, 23 Februari 2021

Jelajahi Bumi : Trekking ke Sentul

Standard

Hai!

Selamat datang di segmen baru blogku, yaitu Jelajahi Bumi! Segmen tulisan ini akan mengulas tentang tempat-tempat menarik yang aku kunjungi. Sebagai seri perdana, aku mau berbagi keseruanku ketika Trekking ke Sentul, Bogor. Siapa yang hobi trekking? Mari masuk!!

Ini merupakan kali kedua aku melakukan trekking ke Sentul, Bogor. Fun fact: Sentul punya segudang curug yang bisa dijadikan destinasi trekking yang seru dan menyehatkan.Trekking itu semacam melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya yang minim transportasi atau jalurnya jarang dilalui orang, bahkan sampai membuka jalur atau membuat jalur sendiri. Hari minggu kemarin, aku dan dua orang temanku melakukan trekking ke Curug Cibingbin, Curug Cisalada, dan Curug Ngumpet. Sebenarnya, ketiga curug ini bukan berada tepat di Sentul, tapi lokasi persisnya ada di Bojongkoneng, Babakan Madang, Bogor. Anyway, curug berasal dari bahasa Sunda, yang artinya air terjun.

Aku menggunakan jasa one day tripnya Campa Tour. Bukan karena disuruh endorse, tapi emang karena jasa ini tuh bagus banget sih, terorganisir dan pelayanannya sangat baik. Penilaian ini berdasarkan pengalaman menggunakan jasa ini selama dua kali trekking ke Sentul. Mulai dari titik temu yang cukup strategis, di JungleLand, itinerary yang cukup jelas, guide tour yang professional, dan juga detail informasi persiapan trekkingnya. Biayanya juga cukup terjangkau. Informasi detil tentang Trekking ke Curug Cibingbin via Campa Tour bisa dilihat di sini.

Jangan kerja aja atuh, kali-kali piknik ke Wisata Alam Curug Cibingbin 😁

Curug Cibingbin

Perjalanan menuju Curug Cibingbin ini cukup menyenangkan dan seru. Berhubung musim hujan, dan malam harinya sempat hujan juga sebelum menuju ke sini, jadi jalur tanahnya cukup licin dan jalur sungainya cukup deras. Padahal, menurut guidenya, aliran sungai-sungai yang dilewati jalur trekking ini biasanya nggak sederas itu, kecil. Jadi, mau tidak mau, harus berbasah-basah dan berkotor-kotor ria. Tapi, menurutku, justru itu esensinya yang membuat perjalanan jadi seru dan menyenangkan sih. Asli! Nih, segelintir keseruan perjalanannya. 

Mana gambar curugnya? Tunggu dulu lah. Kamu tipenya goal-oriented atau process-oriented? *Lah? Haha..* Karena aku termasuk tipe yang process oriented, jadi cerita lika-liku perjalanannya dulu ya, baru ke gambar curugnya. 😂 Selain melewati sungai yang alirannya cukup deras itu, kita juga melewati hutan dan beberapa jalur tanjakan di perbukitan yang tingkat kemiringannya membuat napas tersengal-sengal ketika menanjak disertai tanah yang licin. Untungnya, ada guide yang professional sih, yang rela pasang badan duluan, rela kakinya diinjek dan tangannya di tarik-tarik buat jadi tumpuan.

                

Pemandangan selama perjalanan menuju Curug Cibingbin? MasyaaAllah, bagus banget sih! Kombinasi warna hijau daun dan putihnya awan karena mendung. Kalau cerah, warna birunya langit akan menambah keindahan pemandangan sih. Ditambah lagi nyaringnya suara aliran air sungai. Perfecto!

     

                                                     



Perjalanan yang ditempuh menuju Curug Cibingbin, kalau tidak salah sekitar 4-5 km. Menurut sumber sekunder, Curug Cibingbin juga disebut sebagai curug dua karena air terjun curug Cibingbin terbelah menjadi dua bagian. Konon, sebutan Cibingbin berasal dari pohon bingbin yang ada disekitarnya. Bahkan, menurut sumber sekunder lainnya lagi, ada mitos yang beredar kalau Buto Ijo tinggal di Goa yang letaknya di atas curug ini. Berhubung saat trekking kemarin nggak ada niat searching sejarah dulu sebelum berangkat, jadi nggak sempat memperhatikan adanya Goa yang dimaksud dan ngga bertanya juga ke guide atau warga sekitar sih.. Akhirnya, ini dia tampilan Curug Cibingbinnya. 😁



Curug Cisalada & Curug Ngumpet

Trekking ke Curug Cibingbin nggak hanya ke Curug Cibingbinnya aja, tetapi juga ke dua curug lain, yaitu Curug Cisalada dan Curug Ngumpet, yang letaknya lebih di atas dari Curug Cibingbin dengan jarak tempuh sekitar 500 meter. Meskipun hanya 500 meter, tapi jalur menuju kedua curug ini justru lebih menantang. Jalurnya harus melalui pendakian yang kemiringannya cukup tajam sih, disertai tanahnya yang juga licin dan arus air yang cukup deras. Bahkan, dua kali harus menggunakan tali yang memang sudah disediakan untuk melewati jalur-jalur tertentu. Ini jadi lebih menantang karena airnya lebih deras dari biasanya jika dibandingkan dengan foto-foto orang yang sudah trekking ke sini di website Campa Tour.


Mas Pipi, dedicated-Guide Trekking

Menurutku, perjalanan menuju dua curug ini sih yang paling menantang dan lebih berisiko, tapi seru! Menurut sumber sekunder lagi nih, ada mitos tentang Curug Ngumpet. Konon katanya, curug ini menjadi tempat persembunyian pejuang kemerdekaan dari penjajahan Belanda, makanya disebut Curug Ngumpet. Gambar curugnya? Niiiiih

Curug Cisalada

Curug Ngumpet

Meski sudah basah kuyup, di dekat Curug Cibingbin tersedia kamar mandi untuk bersih-bersih dan berganti pakaian. Jadi, saat pulang, tidak dalam keadaan basah. Selain itu, juga ada warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman, usaha kecil warga sekitar. Nah, jadi itulah keseruan menjelajahi beberapa curug yang ada di kawasan Sentul, Bogor. Dan masih banyak lagi curug-curug lainnya di kawasan Sentul dan tersedia jasa one day trip untuk trekking oleh Campa Tour. Terima kasih, Campa Tour! Meski saat situasi pandemi, tetap harus bisa menjaga protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Satu lagi, jangan lupa bahagia! 😉

Lalu, kapan (kita) ke mana (lagi)? 😄

Sabtu, 06 Februari 2021

Tribute to Pramoedya Ananta Toer

Standard

Masih tersimpan rapi dalam memoriku tentang bagaimana aku kali pertama mengenal sosok Pramoedya Ananta Toer. Menjadi bagian dari unit kegiatan mahasiswa Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Universitas Indonesia pada tahun 2014 adalah wasilah perkenalanku dengan Pram. Saat masa orientasi, pada sesi perkenalan dengan divisi, ketua Departemen Penulisan mengakhiri presentasinya dengan sebuah quote yang cukup memorable

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. - Pramoedya Ananta Toer

Saat itu, bagai bara api yang baru saja tersulut, begitu penuh semangat diri untuk menulis, hingga kini dan seterusnya (semoga saja). Quote itu tidak hilang dalam ingatan dan menghantarkanku untuk membaca beberapa karya Pram. Karyanya yang kubaca pertama kali adalah Bumi Manusia, buku pertama dari Tertralogi Buru. Satu momen yang masih kuingat di dalam buku dengan tebal 535 halaman itu, percakapan antara Minke dengan sahabatnya, Marais, seorang pelukis Perancis mantan tentara berkaki buntung, yaitu "Bertindak adil lah sejak dalam pikiran". Dan masih banyak lagi buku-bukunya yang banyak memberikan insight tentang kehidupan, termasuk Gadis Pantai, Bukan Pasar Malam, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Anak Semua Bangsa, dan Rumah Kaca. Beberapa pesan yang disampaikan Pram untuk terus semangat dalam menulis..

"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

 "Menulis adalah sebuah keberanian..."

 "Sebagai pengarang, saya masih lebih percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik."

 "Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna."


Aku setuju dengan Pram, menulis memang bentuk sebuah keberanian untuk mengungkapkan pendapat, opini, atau argumen. Juga bentuk keberanian untuk dikritik, atau bahkan diacuhkan. Tapi, pada satu titik, akan ada momen di mana kata-kata yang tertuang mampu menjadi senjata paling ampuh untuk mempengaruhi diri sendiri atau bahkan orang lain, baik itu hal positif maupun negatif. Tak kalah penting, menulis juga salah satu cara menjadi bermanfaat yang tak lekang oleh waktu. Misalnya, begitu besar kontribusi tulisan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan karena para ulama dan ilmuwan telah menulis banyak kitab untuk mentransfer ilmu mereka dari beratus-ratus abad yang lalu hingga generasi Z. Meskipun pada kenyataannya, semakin beragam motif dari setiap tulisan, dari yang baik hingga yang jahat, maka jadikan diri untuk terus semangat menulis dengan maksud kebaikan. Karena, tetap saja, semua akan dipertanggung-jawabkan, bukan?

Selamat berulang tahun, Pram! Sesuai prasangkamu, karyamu sungguh telah abadi, hingga kini dan seterusnya. Terima kasih, telah menjadi perantara Tuhan untukku terus menulis.. 😊

Rabu, 03 Februari 2021

Gemerlapnya Siang, Terangnya Malam

Standard

 


GEMERLAPNYA SIANG, TERANGNYA MALAM

 

Dengan kacamata hati,

Aku melihat terangnya suasana malam hari,

Juga merasakan kejernihan

Seakan bisa mendengar gerakan angin yang berhembus,

Percakapan jangkrik hingga percakapan alam semesta

 

Saat matahari mulai bergerak menyinari bumi,

Fajar akan menyingsing,

Tanda bahwa hari mulai terang,

Pada sisi yang lain dari kacamata hatiku,

Tersorot tanda gelapnya hari akan tiba,

 

Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha,

Semua insan bergerak, bahkan berlari sampai terseok-seok,

Hingga terkadang lupa terhadap sang Pencipta,

Sampai tidak sadar bahwa dunia telah gulita,

Meski sinar matahari begitu terangnya

Beruntunglah bagi yang tidak

 

Dia menjadikan malam sebagai pakaian,

Yang membuat nyaman juga melindungi dari kerusakan

Bagai oase yang tersembunyi

Tentang makna dari menghidupkan malam,

Yang menjadikan malam terang benderang,

Terlebih, pada bagian sepertiganya..

Hanya untuk jiwa-jiwa yang merindukanNya